OLEH: Dato’ Akhmad Elvian, DPMP
Sejarawan dan Budayawan Penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia
DALAM Dalam Peta Res. Bangka en Onderh, Opgenomen door den Topografischen dienst in 1928-1929 Blad 34/XXVd, KK 083-04-01/085-04-10_087-05978 - 086, Reproductiebedrijf Topografische Dienst, Batavia 1931, Leiden University Libraries Digital Collections, pada Europe Wijk atau Kawasan Eropa, di Distrik Pangkalpinang terdapat bangunan steenen (bangunan permanen terbuat dari beton) tepatnya terletak di sisi sebelah Selatan Simpang Empat jalan menuju Kampung Boekit tepatnya di Vrede Straat (Jalan Damai nomor 17).
----------------
PADA Pintu masuk bangunan tersebut terdapat tulisan househill (rumah bukit), mungkin maksudnya rumah di Underdistric Boekit yaitu salah satu underdistric di Distrik Pangkalpinang di samping underdistric Pangkalpinang, underdistric Geroenggang, underdistric Mendo Barat, dan underdistric Mendo Timur. Di sisi deretan househill terdapat beberapa rumah yang dalam peta Res. Bangka en Onderh disebut dengan Bureau 3e Opnemingsbrigade sampai ke Pertigaan di Residen Straat (Sekarang Jalan Merdeka). Househill merupakan rumah milik perusahaan Timah Negara Belanda (Banka Tin Winning) atau BTW. Perusahan BTW didirikan pada Tanggal 3 September 1913, bersamaan dengan pemindahan ibukota Keresidenan Bangka dari Mentok Ke Pangkalpinang. Pemindahan ibukota keresidenan Bangka dari Mentok ke Pangkalpinang karena letak Pangkalpinang yang lebih strategis berada di tengah Pulau Bangka. Mentok kemudian menjadi pusat penambangan Timah dengan berdirinya perusahan Tambang Timah Belanda Banka Tin Winning (BTW) dan Pangkalpinang menjadi pusat pemerintahan (bestuur) Keresidenan Bangka. Proses serah terima pemindahan ibukota Keresidenan Bangka dari Kota Mentok ke Kota Pangkalpinang dilaksanakan di Kota Mentok dan diserahterimakan antara Residen R.J. Boers kepada residen yang baru A.J.N. Engelenberg (RJ. Boers adalah pejabat residen sementara yang menggantikan Residen Coonen karena telah diangkat dan dilantik menjadi residen di Pulau Sulawesi atau pulau Celebes). RJ. Boers setelah serah terima jabatan residen kemudian diangkat sebagai Kepala Perusahaan Banka Tin Winning (BTW) yang berkedudukan di Kantor Pusat Penambangan Timah BTW ((Hoofdbureau Bankatinwinnung, Anno 1915).
Pemisahan administrasi negeri dengan administrasi pertambangan Timah dilakukan antara lain karena banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam pengelolaan hasil pertambangan oleh pejabat pemerintahan dan kurangnya perhatian aparatur pemerintah terhadap jalannya pemerintahan dan kepentingan rakyat. Sejak Pangkalpinang menjadi Ibukota Keresidenan Bangka dengan residennya yang pertama A.J.N. Engelenberg (memerintah pada Tahun 1913-1918 Masehi) dan karena beban pekerjaan yang berat membangun ibukota yang baru, maka beliau kemudian mengangkat Raden Ahmad sebagai demang pembantu residen (demang ter beschikking). Sebagai demang pengganti untuk Pangkalpinang, kemudian diangkat Achmad bin Kaliman yang pada waktu itu menjabat sebagai demang di Toboali.
Rumah Banka Tin Winning Househill kemudian menjadi bangunan penting yang dalam dimensi ruang, dimensi waktu dan dimensi peristiwa merupakan salah satu situs bersejarah di Kota Pangkalpinang. Bangunan Rumah Banka Tin Winning Househill menjadi monumen hidup (living monument) dan penanda penting bagi eksistensi keberlangsungan cita cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, terutama masa selama 197 hari pemimpin Republik Indonesia menjalankan exile government dari Tanggal 22 Desember 1949-6 Juli 1949.
Pentingnya Bangunan Rumah Banka Tin Winning Househill terberitakan dalam Koran Belanda De locomotief: Samarangsch handels-en advertentie-blad edisi 22 Januari 1949, diberitakan bahwa, pada tanggal 19 Januari 1949, Mr Krom (Penasehat Bangka Raad atau Dewan Bangka) menjemput Drs. Muhammad Hatta (Wakil Presiden) dan Mr. AG Pringgodigdo (Menteri Sekretaris Negara) menuju Pangkalpinang guna memenuhi undangan dan melaksanakan pertemuan dengan Residen Bangka Belitung C. Lion Cachet dan Ketua Dewan Bangka Masyarif Datok Bendaharo Lelo. Pembicaraan membahas seputar tawaran kepada pemimpin Republik untuk pindah ke Pangkalpinang dan akan ditempatkan dalam satu rumah milik BTW (Househill) serta disiapkan 1 mobil untuk beraktivitas dengan ketentuan mereka tidak lagi melakukan aktifitas politik. Tawaran tersebut ditolak dan pemimpin republik lebih memilih ditahan di Menumbing. Akan tetapi pemimpin Republik sepakat rumah tersebut dapat digunakan jika ada kegiatan diplomasi dan perundingan di Pangkalpinang. Selepas pertemuan, Bung Hatta dan Pringgodigdo menuju ke pasar Pangkalpinang (pasarlodsen) dan inilah saat pertama kali Hatta berbaur dengan masyarakat biasa setelah diasingkan di Pulau Bangka. Saat masuk ke pasar, Mohammad Hatta didatangi masyarakat Pangkalpinang. Mereka mengenal sosok Bung Hatta, kemudian menyapa, memberi salam, mengucapkan pekik merdeka dan melambaikan kain berwarna merah putih. Beliau sangat terharu melihat bagaimana masyarakat Pangkalpinang mencintai pemimpinnya. Makin lama kerumunan masyarakat Pangkalpinang semakin banyak dan kemungkinan akan mengganggu aktivitas pasar, beliau memutuskan kembali ke mobil BN 10 (mobol dinas hoofdbestuur Mentok, Kemas Zainal Abidin), meninggalkan pasar Pangkalpinang dan kembali menuju Menumbing Mentok.
Awalnya perundingan-perundingan antara perwakilan Belanda dan Republik Indonesia serta BFO yang dimediasi oleh PBB dilaksanakan di Pesanggrahan Menumbing dan di Pesanggrahan BTW Mentok. Perundingan kemudian selanjutnya dipindahkan ke househill milik BTW di Kota Pangkalpinang (lokasi sekarang dijadikan Museum Timah Indonesia Pangkalpinang), karena peserta perundingan bertambah dengan hadirnya pejabat dari Komisi Tiga Negara (KTN) atau Good Office Commitee dan Komisi Perserikatan Bangsa-bangsa untuk Indonesia United Nations Commission for Indonesia atau UNCI. Dalam buku Memoir Bung Hatta halaman 302 disebutkan bahwa ”pada suatu waktu ketika kami datang (dari Menumbing, Mentok) ke Pangkalpinang untuk bertemu Komisi Tiga Negara yang datang dari Jakarta, Mr. Gafar Pringgodigdo berkata, “Aku merasa ada Dua sumber percaturan internasional di dunia ini, yaitu (di) United Nations dan Bangka”.
Sedikitnya ada sekitar 26 kegiatan atau aktifitas pemimpin republik di Pangkalpinang dan biasanya setelah selesai pelaksanaan perundingan atau pertemuan di Kota Pangkalpinang para pemimpin Republik tidak langsung pulang akan tetapi menginap di rumah BTW house hill. Rumah terdiri atas lima kamar, Satu kamar besar digunakan untuk berunding dan empat kamar lainnya digunakan untuk kamar tidur. Kedatangan para pemimpin republik ke Kota Pangkalpinang, juga dimanfaatkan oleh masyarakat Bangka untuk berkunjung walaupun hanya sekedar bersalaman. Pemimpin Republik yang lama tinggal di Rumah BTW Househill adalah Komodor RS Suryadarma. Orang Pangkalpinang sangat menghormatinya dan memanggilnya dengan sapaan Pak Darma.
Melalui tekanan-tekanan militer di Jawa dan Sumatera terhadap Belanda dan beberapa kali perundingan atau diplomasi di United Nations dan di Mentok dan Pangkalpinang antara Kelompok Bangka atau “Trace Bangka” dengan Belanda dan BFO yang dimediasi oleh Komisi Perserikatan Bangsa-bangsa untuk Indonesia United Nations Commission for Indonesia atau UNCI, lahirlah “Roem-Royen Statement” di Jakarta pada tanggal 7 Mei 1949 yang salah satu isi pentingnya yaitu menyetujui kembalinya Pemerintah Republik Indonesia ke Yogyakarta. Pada Tanggal 6 Juli 1949 bertepatan dengan 9 Ramadhan 1368 Hijriah. Presiden Sukarno berpidato dihadapan sekitar 3000 rakyat Bangka di Balai Gemeente (Haminte) Pangkalpinang (di Jalan Balai) dan salah satu seloka pidatonya yang terkenal adalah: “Dari Pangkalpinang Pangkal Kemenangan bagi Perjuangan”.
Mengingat pentingnya bangunan rumah milik BTW (Househill) bagi sejarah bangsa, maka pada Tahun 1958 rumah milik BTW (Househill) dijadikan sebagai Museum Wisma Budaya. Selanjutnya pada tanggal 2 Agustus 1997 bangunan Museum Wisma Budaya diresmikan menjadi Museum Timah Indonesia Pangkalpinang.***