Rakyat Babel Menggugat Timah (Bagian 1 dari 2 tulisan): Timah Masih Berpotensi Rp 595 Triliun

Minggu 07 Jul 2024 - 21:30 WIB
Reporter : Tim
Editor : Syahril Sahidir

Keberhasilan Tiongkok, sempat mau ditiru oleh Presiden Jokowi. Berkali-kali pada berbagai kesempatan, Presiden Jokowi mengkampanyekan bahwa Indonesia akan stop ekspor timah. Tetapi hingga kini, tak ada kelanjutannya. Sebab bisa saja kebijakan tersebut tidak menemukan solusi terbaik. Karena lobi Pemerintah terlalu lemah dengan produsen apapun. Atau bisa saja rencana Pemerintah itu dibaca secara cermat oleh produsen raksasa hi-tech industries dunia dengan cara membentuk boneka-boneka yang bisa mereka mainkan di Babel. Bisa jadi boneka itu yang terjerat oleh Kejaksaan Agung.

Sebab, kalau Indonesia menghentikan ekspor timah putih terbaik di dunia, banyak perusahaan raksasa elektronik gulung tikar. Paling tidak megap-megap. Kalangan produsen sadar, memindahkan pabrik ke Tiongkok beriko tinggi. Karena membuka pabrik di negara itu, harus bersedia transfer teknologi. Dan tidak ada peluang untuk bermain curang di Tiongkok. Pejabat yang korup dihukum mati. Berbeda dengan di Indonesia, hukuman koruptor paling tinggi 12 tahun penjara.

Besarnya kebutuhan industri dalam negeri Tiongkok, produksi timah dalam negeri mereka tidak mencukupi. Sehingga Tiongkok tetap memborong timah asal Babel. Diantara negara yang membeli timah Indonesia justru Pemerintah Tiongkok paling banyak. Data tahun 2023, dari 40 juta kg (baca; 40 ribu ton , Red) ekspor timah dari Indonesia (baca; Babel, Red), Tiongkok membeli 25,1 juta kg. Menyusul Singapura 10,78 juta kg, India 10,46 juta kg, Korea Selatan 5,09 juta kg. Jepang 3,82 juta kg, Belanda 2,66 juta kg. Taiwan 2,63 juta kg, dan Thailand 2,3 juta kg (bersumber dari Databoks).

Dari data tersebut, dapat diambil kesimpulan, bahwa timah yang berkualitas nomor wahid bakal habis, sehingga Tiongkok berambisi membeli timah Babel, terutama untuk teknologi tinggi Tiongkok. Padahal negara ini, memproduksi timah paling besar di dunia. Di Tiongkok terdapat empat perusahaan yang merajai industri peleburan timah, yakni Yunnan Tin memproduksi 77.900 ton per tahun, Yunnan Chengfeng produksi 20.600 ton, Guangxi China Tin produksi 10.900 ton, dan Jiangxi New Nanshan memproduksi 10.800 ton timah. 

Sementara negara produsen timah lainnya seperti Belgia, Bolivia, Peru, dan Malaysia hanya memproduksi tak sampai setengahnya produksi Tiongkok. Kok Tiongkok masih beli dari Babel. Pada akhirnya menjadi sebuah pertanyaan besar. Organisasi Timah Internasional (International Tin Association atau ITA) memang merilis daftar perusahaan di sejumlah negara yang fokus pada pertambangan dan peleburan timah. Secara keseluruhan, produksi timah dunia periode 2022 mencapai 380.000 ton atau naik 0,3 persen dari tahun 2021.

PROSPEK TIMAH

Perhitungan tersebut di atas tadi berdasarkan  data asumsi ini sebagai perhitungan nilai timah yang terkandung dalam perut bumi Bangka Belitung sekarang. Sebab, ada pemikiran ekstrim, bahwa timah di Babel tidak akan habis, selagi planet bumi masih berputar. Putaran bumi ini, akan membuat dinamika mineral tambang timah di Babel. Misalnya menurut pendapat ekstrim ini. Ada beberapa tempat di Babel ketika dieksplorasi pertama tidak ada kandungan timahnya, tiba-tiba setelah lima tahun kedepan justru kandungan timahnya paling banyak. Fenomena alam ini menjadi pengetahuan unik yang dialami para praktisi penambang timah di Babel. Tetapi teori ini sulit dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Ketika Kuntoro Mangkusubroto memimpin BUMN ini (1989-1994) memperkirakan cadangan timah di Babel akan berakhir 30 tahun lagi. Artinya, tahun 2024 ini cadangan timah di Babel akan habis. Prediksi kondisi suram itu, Kuntoro sebagai Direktur Utama PT Tambang Timah (nama sebelum PT Timah Tbk) harus mengurangi beban perusahaan. Salah satunya mengurangi jumlah karyawan. Sehingga 20.000 karyawan Timah di PHK pada saat itu.

Tak sampai disitu, Kuntoro juga menurut cerita Wirtsa Firdaus –yang sebentar lagi akan pensiun sebagai karyawan PT Timah Tbk– pernah mengusulkan agar BUMN ini ditutup saja kepada Presiden Soeharto sebelum lengser. Lalu Pak Harto menjawab, Belanda berhasil membangun dam di negaranya menggunakan dana dari hasil tambang timah di Babel. Bahkan Pak Harto membangun Timor Timur (kini Timor Leste) menggunakan dana hasil penjualan timah. Sehingga Pak Harto kala itu tidak setuju perusahaan timah ini dibubarkan.

Bisa saja Kuntoro benar. Tetapi PT Timah Tbk tidak bakal bangkrut. Bisa saja BUMN ini melakukan diversifikasi usaha, dari penambang dan peleburan menjadi produsen komponen dasar industri elektronik dengan menggunakan sisa timah yang masih ada hingga 2046. Keberhasilan BHP Billiton wajib ditiru oleh PT Timah Tbk. BHP Billiton hanya bermula dari nambang timah di wilayah Kecamatan Kelapa Kampit Belitung Timur. Setelah timah habis, BHP Billiton kini malah menjadi perusahaan internasional. 

PT Timah Tbk seharusnya bisa fokus pada industri yang berbasis timah dan mineral ikutannya, kelak. Malah mineral ikutan tersebut harganya lebih mahal dari timah. Misalnya thorium yang berada pada monazite. Harganya mencapai Rp 50 miliar per ton. Kedepan, mineral thorium sangat dibutuhkan sebagai sumber energi paling murah di dunia. 

Rencana ThorCon Internasional untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT) di pulau Gelasa Bangka Tengah, patut menjadi perhatian serius PT Timah Tbk. Sebab produksi thorium tidak hanya berhenti disitu. Industri lain akan ikut berkolaborasi seperti rencana PT PAL untuk memproduksi kapal laut dengan menggunakan energi thorium. Usaha ini telah berhasil dilakukan perusahaan di Norwegia. Mereka telah memproduksi kapal laut bertenaga thorium. 

Bahkan mungkin tidak hanya itu. Masih banyak mineral lain dari timah yang saat ini menjadi masalah lingkungan hidup, karena ampas timah mengandung radioaktif yang sangat membahayakan kehidupan masyarakat Babel. Tetapi sebenarnya memiliki nilai ekonomi tinggi.

Apabila PT Timah Tbk fokus melakukan itu, maka ampas timah yang saat ini menjadi pencemaran lingkungan hidup di Babel, menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi tinggi. Sehingga ampas tambang timah yang mengandung mineral mahal akan menjadi fase kedua bagi Babel setelah timah habis. Sehingga, petaka lingkungan bagi masyarakat akibat radioaktif itu justru menjadi berkah baru. Bravo Babel.***

Kategori :