Paham radikalisme dewasa kini menjadi perhatian semua kalangan secara serius karena menimbulkan keresahan dan konflik di tengah-tengah masyarakat.
Oleh karena itu, paham radikalisme ini perlu diantisipasi dan ditangani dengan penuh tanggung jawab oleh tiap-tiap individu. Pendidikan akan bahaya radikalisme hendaknya ditanamkan sejak dini atau bahkan sejak mengenyam bangku Pendidikan di sekolah.
Yusuf Qardhawi dalam bukunya “Islam Jalan Tengah” menjelaskan ciri-ciri orang yang memiliki paham radikalisme seperti orang yang menutup dirinya dari pandangan orang lain, orang yang senantiasa berburuk sangka kepada orang lain, orang yang cenderung mempersulit urusan keadaan serta orang yang suka mengkafir-kafirkan orang lain.
Secara rinci berdasarkan teori tersebut, maka indikator seseorang yang memiliki paham radikalisme adalah sebagai berikut:
1. Seseorang yang menutup dirinya dari pandangan orang lain
Menurut hemat penulis, seseorang yang memiliki paham radikalisme akan menganggap dirinya adalah yang paling benar dan tidak mau menerima masukan dari orang lain.
BACA JUGA:5 Cara Agar Tidak Terpapar Stres Akibat Medsos
Mereka cenderung mempersulit jalan orang lain dan mengharuskan orang lain untuk mengikuti jalan mereka. Paham radikalisme seperti ini tentu tidak baik dan dapat membawa dampak buruk yang berkepanjangan. Indonesia adalah negara yang dikenal dengan konsep demokrasi dan musyawarah.
Artinya adalah setiap individu memiliki hak dan kewajiban yang sama serta hasil mufakat harus dipatuhi dan diimplementasikan dengan baik dan benar. Selain itu dalam perspektif Islam, semua umat adalah sama dan yang membedakan hanyalah tingkat ketakwaannya.
Oleh karena itu hendaknya kita semua memiliki sikap lapang dada menerima pendapat orang lain dan senantiasa memiliki sikap rendah hati serta memposisikan diri sebagai orang yang senantiasa menebar manfaat kepada orang lain
2. Seseorang yang senantiasa berburuk sangka kepada orang lain
Seseorang dengan paham radikalisme akan beranggapan bahwa dirinyalah yang paling benar dalam segala aspek. Sehingga mereka selalu menganggap rendah orang lain hingga menuduhnya hanya berdasarkan satu sudut pandang saja tanpa mempertimbangkan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan oleh orang lain.