Fenomena La Nina lemah ini diprediksi bakal terdampak pada musim kemarau yang akan segera hadir.
Sementara itu, di Samudera Hindia pemantauan suhu muka laut telah menunjukkan kondisi IOD Netral.
Namun, terdapat kecenderungan beralih ke fase IOD Positif.
Oleh karena itu, Dwikorita menekankan pentingnya perhatian khusus bagi daerah dengan potensi curah hujan bulanan sangat rendah dengan kategori kurang dari 50 mm per bulan.
BACA JUGA: Kenali Pola Si 'Gadis Kecil' La Nina, Bisa Picu Hujan Es
Adapun daerah Indonesia yang terdampak kekeringan meliputi:
Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Sebagian Pulau Sulawesi, Sebagian Maluku dan Papua.
Dari hasil monitoring hotspot menunjukkan telah muncul sejumlah hotspot awal pada daerah-daerah kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Oleh sebab itu, hal ini juga perlu mendapatkan perhatian khusus untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran di sepanjang musim kemarau.
Operasi Modifikasi Cuaca
Sebagai upaya mitigasi kekeringan yang mengancam Indonesia, BMKG melakukan Operasi Modifikasi Cuaca (MOC).
OMC dilakukan dengan tujuan untuk mengoptimalkan pertumbuhan awan hujan guna mengisi tampungan air atau waduk di daerah yang berpotensi kekeringan.
Mitigasi ini dilakukan BMKG dengan menggandeng Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta TNI Angkatan Udara.
Operasi Modifikasi Cuaca dilakukan BMKG serempak di Pulau Jawa.
Fokusnya adalah dengan mengisi air di 35 waduk guna menjaga pasokan air, terutama pada jaringan irigasi pertanian.
Pelaksanaan MOC dijadwalkan mulai tanggal 30 Mei-10 Juni 2024.