Nah, pelajaran yang kita ambil dari dongeng ini adalah sifat bodoh, telat mikir (telmi), malas mikir, lambat nyambung, sinyalnya dak bagus, kurang wawasan, minim pengalaman dan pengetahuan ternyata dapat mengorbankan orang lain bahkan orang besar sekalipun. Apalagi dirinya adalah seorang pemimpin. Oleh karenanya, jangan pernah memilih pemimpin yang bertipikal Babi, karena pasti banyak yang dikorbankan akibat kebodohannya, termasuk sesuatu yang besar sebesar Dinosaurus.
Oleh karenanya, moment Pilkada yang kian dekat ini, gunakan hak pilih dengan baik dan benar dalam memilih pemimpin. Seorang pemimpin yang dipilih benar-benar harus pintar, berpendidikan tinggi, memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas, memahami sejarah daerah yang dipimpin, paham persoalan rakyat dan memiliki ide cemerlang dalam penyelesaiannya, serta tidak telmi (telat mikir) dan malas mikir. Orang-orang yang budu (bodoh) tapi berambisi menjadi pemimpin bisa dilihat perilaku dan kemampuan bicaranya, diskusinya, idenya, pencapaian (karya) dalam kehidupan pribadinya, bahan ceritanya, bahkan gaya alias “keringol”-nya pun bisa kita nilai apakah ia layak menjadi pemimpin atau tidak, apakah ia cerdas atau bodoh tapi merasa pintar dan merasa bisa menjadi pemimpin (Kepala Daerah).
Jadi persoalan “keringol” itu bukan persoalan kecil, tapi persoalan yang sangat penting untuk diperhatikan oleh rakyat pemilih dalam memilih calon pemimpinnya. Buat para bakal calon peserta Pilkada baik di tingkat Provinsi, Kabupaten maupun Kota, yang sekarang sedang “berjuang” mendapatkan rekomendasi dan dukungan partai politik serta simpati rakyat, ingat! “keringol” Anda sedang diperhatikan!
Salam Keringol!(*)