Pengangguran telah meningkat tajam sejak dimulainya perang dengan pembatasan pergerakan yang melumpuhkan dan penutupan pariwisata yang hampir total.
Meskipun sekolah telah berupaya mengakomodasi keadaan ekonomi keluarga yang menurun dengan menurunkan besaran uang sekolah bahkan ada yang mengratisakan.
“Tanpa perubahan, cepat atau lambat sistem pendidikan akan runtuh,” papar Asfar dari Caritas
Dengan hilangnya turis dan peziarah, pendapatan keluarga lokal juga ikut hilang karena perang yang tengah berlangsung.
Selain para pemilik toko telah kehilangan musim pariwisata yang paling menguntungkan menjelang Natal.
Tapi musim ini jalanan sepi, bahkan toko-toko tidak ada yang buka sama sekali, namun beberapa pedagang menaksakan untuk tetap buka tokonya.
Christo salah satu pemilik toko di Christian Quarter yang merupakan Kota Tua Yerusalem menjelaskan bahwa dirinya hanya mencoba untuk bertahan.
BACA JUGA:Kalah Telak di Gaza
“Sungguh menyedihkan melihat Yerusalem seperti ini, sepertinya kita sedang dikepung,” tambahnya.
Bukannya didatangi pembeli, toko-toko yang buka malahan didatangi oleh orang-orang yang benar-benar tidak punya makanan lagi untuk hidup mereka, bahkan mereka meminta pekerjaan dengan upah makanan.
Komunitas Kristen Gaza Mengungsi
Dengan seluruh komunitas Kristen yang masih hidup di Gaza mengungsi karena banyak dari rumah mereka hancur akibat serangan Zionis.
“Saya telah menerima banyak sekali panggilan umat Kristen di Gaza yang sedang menunggu visa,” kata Frater Kassabry dari College des Freres.
“Mereka menginginkan visa ke Kanada, Eropa, dimana saja selain disini,” terangnya.
Sementara itu, para pemimpin gereja dan anggota masyarakat semakin khawatir mengenai kehadiran umat Kristen di Yerusalem yang kini berjumlah kurang dari 20.000 orang.
Karena saat ini mereka sudah menghadapi sistem identifikasi terpisah dan pembatasan pergerakan sebelum perang dan banyaknya kerabat mereka yang di Gaza terbunuh.