UMAT Kristen ungkap suramnya Natal di Yerusalem dan mengatakan bahwa pohon Natal saja tak ada.
--------------
SELAIN itu mereka juga mengatakan bahwa tidak adanya dekorasi dan yang terdengar hanyalah lagu-lagu, hingga membuat Natal tahun ini tidak seperti adanya Natal.
“Ini bahkan tidak terasa seperti Natal,” kata Christo yang merupakan seorang penjaga toko di Palestina.
Kondisi ini disebutkan jauh lebih parah daripada saat wilayah tersebut mengalami kehancuran ekonomi akibat Covid-19 beberapa tahun lalu.
Uskup Emeritus dari Gereja Lutheran Munib Younan seperti dilansir disway.id mengatakan bahwa pihaknya ingin merayakan Natal, namun hal tersebut tidak jadi dilakukan karena banyaknya anak-anak di Gaza yang kehilangan rumah mereka.
“membuat pohon Natal merupakan kegembiraan, namun sekarang ini merupakan saat yang menyedihkan. Banyak yang kehilangan anggota keluarga dan menurut adat kami, tidak boleh menanam pohon pada saat itu, karena kami akan fokus untuk berdoa,” tambahnya.
Pada tanggal 10 November lalu para pemimpin gereja di Yerusalem mengeluarkan deklarasi bersama untuk berdiri tegar menghadapi mereka yang menghadapi penderitaan.
Selain itu juga menyetakan untuk tidak membuat perayaan apapun dan menyerukan untuk memberikan advokasi, berdoa dan berkontribusi dengan murah hati bagi para korban perang yang sedang berlangsung.
Dengan demikian semua kegiatan yang berhubungan dengan Natal di luar ibadah, baik itu pasar Natal tahunan di dekat Gerbang Baru atau pesta dan pertemuan hari raya hanya dilakukan dengan makan makanan sederhana dan menghadiri Misa.
“Jika kami melakukan itu, kami merasa seperti kami melakukan sesuatu yang istimewa diatas penderitaan orang lain,” tambahnya.
Daoud Kassabry selaku Kepala Sekolah Brother di College des Freres di New Gate di Yerusalem mengatakan tidak ada pohon Natal di ruang kelas atau dekorasi di kantor mereka seperti biasanya dan hanya menempatkan Kandang Natal sebagai simbol Natal.
BACA JUGA:Bocah Lubangi Tembok Border Mesir, Kirim Roti Buat Saudara di Gaza
Krisis Ekonomi di Yerusalem
Setelah mengalami penutupan sekolah selama berminggu-minggu pada awal perang, sistem sekolah Kristen di Yerusalem menghadapi tekanan ekonomi karena para orang tua kesulitan membayar uang sekolah.