GENERASI Alpha adalah generasi yang lahir antara tahun 2011 hingga 2025. Generasi ini diprediksi akan memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan Metaverse dan akan menjadi pelopor dalam membentuk eksistensi Metaverse.
Oleh: Christianingrum, SE., M.Si. (Dosen Manajemen Universitas Bangka Belitung)
Metaverse sendiri memiliki berbagai manfaat dalam berbagai bidang di dunia nyata, seperti di bidang pendidikan, pelatihan, hiburan, bisnis, kesehatan, dan pariwisata. Selain memiliki manfaat, terdapat tantangan bagi Generasi Alpha di era metaverse yang mencakup beberapa aspek dan perlu diperhatikan, antara lain:
Pendidikan: Tantangan era Metaverse bagi Generasi Alpha di bidang pendidikan yaitu kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan metode pembelajaran baru yang menggunakan teknologi metaverse. Hal ini memerlukan adaptabilitas dan kemampuan untuk memanfaatkan teknologi secara efektif dalam proses belajar-mengajar.
Kesempatan Bisnis: Metaverse membuka peluang bisnis yang luas, namun juga menuntut pemahaman yang mendalam tentang teknologi dan pasar. Generasi Alpha perlu mempersiapkan diri untuk berkompetisi dalam lingkungan bisnis yang terkoneksi erat dengan metaverse.
Kolaborasi dan Literasi Digital: Tantangan utama bagi Generasi Alpha adalah meningkatkan kolaborasi antar pemangku kepentingan dalam pengembangan metaverse. Selain itu, literasi digital menjadi kunci untuk memahami dan mengoptimalkan potensi metaverse secara maksimal.
Inklusivitas dan Aksesibilitas: Generasi Alpha perlu memastikan bahwa metaverse menjadi lingkungan yang inklusif dan dapat diakses oleh semua orang tanpa terkecuali. Hal ini untuk memastikan bahwa teknologi metaverse dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat.
Metaverse, sebagai kombinasi inovasi teknologi media sosial, game, dan realitas virtual, memiliki potensi untuk memengaruhi aspek kesehatan mental generasi Alpha. Sebuah studi menunjukkan bahwa Metaverse memiliki dampak negatif pada remaja, terutama pada aspek non-kognitif seperti keterampilan sosial, empati, harga diri, pengendalian diri, dan pembelajaran mandiri. Oleh karena itu, generasi Alpha, yang lahir dalam era teknologi yang terus berkembang, perlu memperhatikan beberapa hal terkait kesehatan mental mereka dalam menghadapi metaverse. Di sisi lain, penting bagi mereka untuk tidak meromantisasi masalah kesehatan mental. Selain itu, mereka juga dituntut untuk berhati-hati dalam mencari informasi tentang kesehatan mental di internet agar tidak langsung mendiagnosis sendiri. Bantuan dari ahli profesional seperti psikolog atau psikiater sangat disarankan jika memang diperlukan.
Berdasarkan pemahaman tentang potensi dampak negatif metaverse tersebut, maka diperlukan langkah-langkah preventif untuk menjaga kesehatan mental Generasi Alpha dalam menghadapi tantangan ini. Membangun literasi tentang kesehatan mental di era metaverse serta memperkuat dukungan sosial dan profesional dapat membantu Generasi Alpha menjaga kesehatan mental mereka di tengah perkembangan teknologi yang pesat.
Strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesehatan mental Generasi Alpha dalam era teknologi metaverse meliputi:
(1) Mempromosikan literasi tentang kesehatan mental di era metaverse, sehingga mereka dapat memahami dampaknya terhadap kesehatan mereka, (2) Memfasilitasi konektivitas sosial offline, sehingga mereka tidak terlalu terikat dengan teknologi, (3) Membentuk program bimbingan dan konseling dasar yang fokus pada literasi tentang kesehatan mental di era metaverse.
Kemudian yang ke (4) Membangun platform metaverse yang aman dan benar untuk mereka, sehingga mereka dapat menggunakannya dengan responsibel, (5) Membangun program kemitraan dan kolaborasi di Indonesia untuk mendukung pengembangan metaverse di Indonesia dan (6) Membangun ekosistem metaverse yang inklusif dan aksesibel untuk mereka.
Melalui implementasi strategi ini, Generasi Alpha dapat mencegah dan mengatasi dampak negatif metaverse terhadap kesehatan mental mereka, sekaligus membangun kesehatan mental yang kuat dalam era teknologi metaverse.(*)