Tidak seperti awal pekan ini ketika polisi anti huru hara menembakkan gas air mata dan memukul pengunjuk rasa dengan tongkat untuk mencegah mereka menyerbu kedutaan.
Namun ratusan pengunjuk rasa menentang perintah polisi untuk membubarkan diri dan turun ke jalan dengan mengatakan mereka akan tetap berada di sana hingga Jumat dini hari.
Pihak berwenang di Yordania telah meningkatkan penangkapan dan pelecehan terhadap para demonstran dalam kampanye selama berbulan-bulan yang dikecam oleh kelompok hak asasi manusia internasional Amnesty International dan Human Rights Watch karena membatasi kebebasan berekspresi.
Kegembiraan meningkat di kalangan warga Yordania, yang banyak di antaranya berasal dari Palestina, atas penyerangan pemboman Israel yang tiada henti di Gaza terhadap Hamas.
Serangan ini telah menewaskan puluhan ribu warga sipil, menurut para pejabat Gaza, dan meratakan banyak wilayah di wilayah kantong padat penduduk tersebut.
Yordania telah menyaksikan luapan kemarahan publik terbesar di wilayah tersebut sejak perang dipicu ketika pejuang Hamas menyeberang ke Israel selatan pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 253 orang, menurut penghitungan Israel.
Menurut sumber medis Palestina, genosida rezim di Gaza sejauh ini telah menewaskan 32.500 warga sipil, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan menyebabkan lebih dari 74.000 lainnya terluka.
Pihak berwenang di Yordania mengatakan protes damai diperbolehkan tetapi mereka tidak akan mentolerir segala upaya untuk mengeksploitasi kemarahan terhadap Israel untuk menciptakan kekacauan atau upaya untuk mencapai zona perbatasan dengan Tepi Barat atau Israel yang diduduki Israel.
Perjanjian perdamaian Yordania dengan Israel sangat tidak populer di kalangan warga Palestina yang menganggap normalisasi sebagai pengkhianatan terhadap hak-hak warga Palestina.***