Kakinya masih diperban dengan kruk menopang di ketiak. “Aku mencarimu ke asrama. Ibu asrama berkata kau sudah pulang. Aku takut tidak bisa bertemu karena kau telanjur berangkat ke Jakarta, makanya aku ke sini.” Ia mengulurkan tangan, “Bolehkah mulai hari ini kita menjadi teman?”
Aku memeluknya, “Tentu saja, Kawan! Aku selalu menganggapmu sebagai teman!”
Aku memandang jauh ke laut, ke titik saat kulihat perahu motor Abak untuk terakhir kalinya. “Lihatlah Abak, anak bujangmu ini sudah memenuhi janji. Tak hanya bersekolah di SMA favorit, aku bahkan mendapat beasiswa di kampus ternama di Jakarta. Aku juga menjadi anak baik dan tegar sesuai pesanmu. Badrun, Si Mutiara dari Pesisir.”
Kategori :