Di zaman lembaga pendidikan kian menjamur, perguruan tinggi berdempetan bahkan kekurangan lahan, pesantren dimana-mana dan berbagai pengajian dan khutbah semarak di lakukan, lembaga dakwah menjamur dibentuk oleh berbagai kalangan, namun rohani dan perilaku kita dalam menyikapi kehidupan sosial masih saja keliru bahkan parahnya mengkambing hitamkan kekeliruan tersebut kepada orang lain dan mencari dalil pembenaran diri sendiri. Perilaku seperti ini, pepatah Melayu menyindir dengan kalimat “Tak pandai berjoget, lantai dikatakan terjungkat”.
Terlalu banyak bercokol di negeri ini orang pintar menjadi provokator, menebar kebencian, amarah dan suasana yang kian tidak kondusif dengan ditunggangi kepentingan politik semata. Makanya tak heran jika di negeri burung garuda sakit kepala ini kita sudah susah membedakan mana promotor mana provokator, mana pejabat mana penjahat, mana pembela negara mana penjual aset bangsa, mana pelajar mana pelacur, semuanya bercampur baur menjadi satu.
Khairunnaas anfauhum linnaas (Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya), sebuah nasehat dari Rasulullah SAW kepada umat manusia di seluruh penjuru muka bumi ini memotivasi kita semua bahwa siapa pun diri kita dan apapun profesi yang kita sandang, sekolah maupun tidak sekolah, bertitel maupun tanpa nama sekalipun, hendaknya bermanfaat bagi orang lain untuk menebar kebaikan dan pencerahan serta inspirasi.
Nah, jadilah diri sendiri, tak usah terlalu mengumbar ambisi. Majulah bersama tanpa menyingkirkan orang lain. Naik tak harus menginjak kepala orang lain. Kalau sudah berkuku tak mesti mencubit atau menggaruk, apalagi belum berkuku tapi sudah hendak mencubit dan menggaruk.
Salam Kuku!(*)