"Nah, ini sekarang [anggarannya] Rp48 triliun, jadi kira-kira hanya setengah dari itu yang baru akan terbangun."
"Katakanlah itu terjadi, apakah itu cukup untuk menjadikannya sebuah kota? Ya enggaklah."
Menurut Sulfikar, selama lima tahun ke depan akan ada banyak hal yang membutuhkan biaya dengan kemungkinan faktor kenaikan harga yang menyertainya.
Apalagi, ia menambahkan, fasilitas yang sudah selesai dibangun juga belum berfungsi dengan baik.
"Kita tidak akan melihat IKN sebagai sebuah kota yang berfungsi secara optimal dengan biaya [pembangunan] segitu."
"Jadi intinya, Rp48,8 triliun itu tidak terlalu meaningful, tidak terlalu signifikan dampaknya terhadap progres yang akan dihasilkan, juga tidak akan membuat IKN terlihat lebih atraktif untuk investor karena infrastruktur yang dibutuhkan itu belum bisa dibangun dengan baik," ujar Sulfikar.
Jadi, maju atau mundur?
Sulfikar menyarankan agar dalam hal pembiayaan IKN, pemerintah tidak terjebak dalam sunk-cost fallacy atau kesalahan asumsi berdasarkan biaya yang sudah dikeluarkan.
"Wah, kita kan sudah keluarin banyak uang, padahal sebentar lagi bisa selesai ... diteruskan, tanggung, tanggung, tanggung, akhirnya [pengeluarannya] jebol," jelas Sulfikar.
Ia kemudian mengusulkan apa yang bisa dilakukan pemerintah terkait pembangunan IKN.
"Tidak harus juga dimangkrakkan, tapi dimanfaatkan. Jadi apa yang sudah dibangun di sana dipakai saja."
"Mungkin ada satu-dua kementerian yang dipindahkan ke sana, misalnya Kementerian Kehutanan dan semua ASN-nya pindah, jadi [yang sudah dibangun] tetap terpakai, tapi enggak perlu memindahkan ibu kota."
"Intinya enggak perlu mengeluarkan duit lagi ... kalau istananya enggak terpakai, ya sudah, kita jadiin museum saja," tutup Sulfikar.
Sementara itu Menko Agus Yudhoyono juga mengakui proses pembangunan IKN di Kalimantan Timur memang melambat karena keterbatasan anggaran serta prioritas nasional lainnya.
"Tentu sekali lagi [pemerintah] dihadapkan pada keterbatasan anggaran karena prioritasnya juga bukan hanya IKN tapi juga banyak hal lain," kata AHY usai memberikan Keynote Speech di Universitas Pertahanan (Unhan), Sentul, Bogor, Jawa Barat, pada Jumat (24/01) pekan lalu.***