Bagaimana tidak, kekayaan alam yang luar biasa ternyata kita tidak berdaulat sama sekali atas kekayaan alam itu, justru sebaliknya, kita ngutang kemana-mana. Pejabat negara “kalapiteng” ngelola negara. Rakyat “kalapiteng” antara hidup dan mati. Pengusaha “kalapiteng” menghadapi birokrasi perizinan yang ribet dan oknum-oknum LSM yang “ngeributin” dan “ngeribetin”. ASN “Kalapiteng” menghadapi peraturan yang tumpang tindih. Penegak hukum “Kalapiteng” karena banyak bercokol oknum aparat hukum yang melanggar hukum lebih para dari masyarakat. Orangtua “Kalapiteng” mencari kehidupan untuk anak-anaknya agar meraih pendidikan dan kehidupan yang layak. Anak-anak “Kalapiteng” akibat permainan lato-lato” yang sedang viral. Begitulah kehidupan kita hari ini, persis seperti lato-lato, saling bertabrakan, saling menghantam, ramai oleh suara dan mutarnya hanya disitu saja.
Nah, sedangkan saya sendiri “Kalapiteng” mau menulis apa lagi?! Akhirnya tulisannya begini jadinya. Kalipiteng juga yang bacanya....
Salam Kalapiteng!(*)