Sandra Dewi & Aon

Ahmadi Sopyan-screnshot-

Oleh: AHMADI SOFYAN

Penulis Buku/Pemerhati Sosial Budaya

SAYA yakin Harvey Moeis tidak akan cemburu dengan judul tulisan ini, sebab ini bukan kisah percintaan. Ini kisah tragedi yang menjadi komedi.....

-------------------

BEBERAPA hari terakhir ini, ramai pemberitaan baik dimedia cetak, online maupun medsos yang mengunggah pernyataan Sandra Dewi bahwa Bangka Belitung mencekam, kriminalitas kian banyak, jegal dimana-mana dan berbagai kata yang menakutkan tentang kondisi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yakni tanah kelahiran sang pembuat pernyataan. Saya banyak mendapat telpon dan WhastApp, yang meminta untuk dapat berkomentar atau menulis berkaitan dengan hal ini.

Beberapa hal sudah saya ungkapkan ketika ditelpon redaksi Harian BABELPOS dan dimuat beberapa hari di harian ini. Bahwa apa yang disampaikan Sandra Dewi adalah omong kosong dan sama sekali tidak benar. Pernyataan Sandra Dewi ini sepertinya ingin menunjukkan bahwa dengan penegakan hukum berkaitan dengan timah Bangka Belitung yang melibatkan suaminya, Harvey Moeis, membuat Bangka Belitung mencekam. Artinya Harvey Moeis cs adalah  pemberi rezeki  dan  tukang ngidup  masyarakat Babel. Yang kedua, sepertinya pernyataan Sandra Dewi ingin mendapat pembelaan masyarakat Bangka Belitung, namun ternyata sebaliknya.

Sandra Dewi bagi masyarakat Bangka Belitung bukanlah sesuatu yang istimewa. Tidak ada hubungannya dengan maju atau mundurnya perekonomian dan kondisi Babel saat ini dengan Sandra Dewi. Kami masyarakat Bangka Belitung yang hidup, makan, ee  dan tidur diatas timah, tidak merasa peran besar perekonomian Babel karena Harvey Moeis cs yang notabene suami Sandra Dewi. Bahkan jika mau melihat ke belakang, ekonomi masyarakat Bangka Belitung justru sangat wah dan luar biasa ketika kejayaan lada (sahang) bukan karena timah. Justru sebaliknya ketika masa  kejayaan  timah, masyarakat Bangka Belitung nyaris hanya jadi pekerja kasar dan banyak yang menjadi penonton. CSR dari para smelter yang katanya ada dan banyak (ratusan milyar) entahlah...., kemana? 

Apa kaitannya dengan Aon? Saya tidak mengenal secara mendalam sosok sinterklas Bangka Belitung ini. Mengapa saya kok menyebut Sinterklas? Bukan memuji Aon, tapi ini saya dengar dari banyak orang (masyarakat), bahwa Aon memiliki karakter mudah berbagi kepada siapapun, baik pejabat, aparat, apalagi masyarakat biasa. Siapapun diayomi oleh Aon kala itu. Artinya Aon kaya raya dari hasil mengeruk kekayaan alam Babel, namun masyarakat Babel dapat bagian dari kekayaan yang ia miliki, walau mungkin nggak sebanding dengan apa yang sudah ia peroleh. Tapi setidaknya Aon terasa kebermanfaatannya, alias tidak Mansur (makan surang). 

Aon yang kini mendekam di Kejagung tidak pernah kita dengar membuat pernyataan bahwa Babel mencekam karena ekonomi yang karut marut, begal dimana-mana, kriminalitas semakin banyak. Padahal jika dibandingkan kebermanfaatan bagi masyarakat antara Sandra Dewi dan Aon, saya yakin masyarakat Bangka Belitung akan menyatakan bahwa Aon jauh lebih bermanfaat. Aon putra daerah yang mengeruk kekayaan alam Bangka Belitung, ia dan keluarga besarnya menetap di Bangka Belitung, hidup bersama masyarakat Bangka Belitung, memiliki banyak pabrik, usaha dan berbagai kegiatan yang menjadi mata pencaharian masyarakat. Bahkan ketika Aon bermasalah hukum dan kini mendekam di Kejagung, ditengah masyarakat Babel dikenal istilah  Aon Effect , bukan  Harvey Moeis Effect  apalagi  Sandra Dewi Effect .

Nah, bicara soal CSR, menilik dari pernyataan Boss Smelter, Tamron alias Aon yang bertindak sebagai saksi di sidang kasus dugaan korupsi pengelolaan timah, mengungkapkan soal aliran dana sebesar 124,2 Milyar ke Harvey Moeis. Pertanyaannya, benarkah dana CSR yang notabene milik masyarakat Babel dari Aon yang diberikan kepada Harvey Moeis itu turun ke masyarakat Babel? Sebab pastinya dana ratusan milyar itu bukanlah dana kecil. Jika dibelikan rusep misalnya, bisa tenggelam pulau Bangka Belitung. Atau jangan-jangan dana CSR disini tidak lebih dari dekedar kedok alias cuma judulnya saja mengatasnamakan rakyat namun kenyataannya kami rakyat Bangka Belitung sama sekali tidak pernah merasakan itu.

Pernyataan Sandra Dewi yang seakan-akan menunjukkan betapa  pentingnya  sang suami bagi masyarakat Babel adalah salah besar. Jika dikatakan  penting  mungkin iya, kami sangat berkepentingan untuk mempertanyakan kemana dana CSR dari Aon itu dibelanjakan? Bukankah dana itu sudah disetor dan bahkan orang kepercayaan Harvey Moeis juga mengambil secara tunai? Kok aku nggak kebagian ya?. Harusnya pernyataan Aon ini ditanggapi dan dipertanyakan oleh Pemerintah Daerah, seperti Anggota Dewan yang baru saja dilantik. Sebab CSR itu adalah dana untuk rakyat bukan? Karenanya kita menunggu para Anggota Dewan yang baru saja dilantik untuk dapat menagih ini. 

Pun demikian, pernyataan Sandra Dewi mengatakan  Babel mencekam  membuat gelisah pariwisata Kepulauan Bangka Belitung. Harusnya menjadi perhatian besar bagi Dinas Pariwisata di Kepulauan Bangka Belitung, baik Provinsi maupun Daerah. Namun sampai detik ini, kita tidak melihat adanya respon dari dinas terkait. Padahal ini cukup berpengaruh pada pariwisata kita. Bagaimana tidak, selama menjadi artis top Ibukota, dirinya tak pernah mempromosikan Babel, sekali ngomong langsung menakut-nakuti. Padahal Babel begitu aman, damai, harmoni dan masyarakat saling menghormati dan menghargai, baik kepada sesama maupun pendatang, apalagi wisatawan. Alam Belitung yang kian indah, Bangka yang kian berbenah, adalah kondisi kami saat ini. 

Mungkin karena kepanikan yang mendalam, pernyataan itu keluar dari mulut sang artis. Namun tidak apapun itu, tidak seharusnya menjelek-jelekin daerah kelahiran sendiri, apalagi diri adalah public figure yang ngetop. Mungkin, Sandra Dewi kurang banyak menikmati Lempah Kuning, sebab dalam Lempah Kuning itu mengandung filosofi penuh makna. Atau Sandra Dewi terlalu tinggi terbangnya dengan pesawat jet pribadi, sehingga tidak lagi mampu melihat kebawah yakni alam Provinsi Babel yang begitu damai dan ramah. Ataukah kaca mobil mewah Sandra Dewi terlalu gelap sehingga tidak kelihatan kecerahan dan keceriaan masyarakat Babel dari dalam mobil. Ataukah kecepatannya terlalu tinggi, sehingga tak terdengar tegur sapa kami yang ramah dipinggir jalan sambil  bedincak .

Sandra Dewi nampaknya harus banyak menikmati Lempah Darat agar tak lupa daratan, tak lupa kampung halaman tanah kelahiran. Sandra Dewi sesekali harus menikmati kuliner Bangka bernama  Rusep  yang juga memiliki filosofi luar biasa untuk kehidupan. Rusep yang notabene kuliner hasil fermentasi yang semuanya berbahan mentah itu adalah penambah nafsu makan, agar kian lahap. Rusep memiliki filosofi sebagai  motivator  sekaligus juga  penyelesai masalah , pemersatu dan  pendingin  sebab semua bahannya tak bersentuhan dengan api atau kompor. 

Tag
Share