Inggris Bantu Israel Hadapi Iran

Inggris Bersiap Bantu Israel.-screnshot-

Serangan Balasan Iran

Sebelumnya, Iran mengonfirmasi bahwa pihaknya memulai serangan sebagai respons atas pembunuhan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah di Beirut pada Minggu sebelumnya. 

Situasi memanas setelah Israel memulai serangan darat di Lebanon, melaksanakan apa yang disebutnya sebagai operasi "terbatas dan terlokalisasi".

BACA JUGA:Amerika dan Inggris Kembali Hajar Yaman

Serangan Iran terhadap Israel dimulai saat Perdana Menteri Inggris tengah terlibat dalam pembicaraan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Selasa, 25 September 2024 lalu.

Sesuai dengan pengumuman Downing Street sebelumnya. Dalam pernyataannya, Keir Starmer menyatakan bahwa ia sangat khawatir bahwa kawasan itu berada di ambang kehancuran dan sangat khawatir tentang risiko salah perhitungan.

Keir Starmer menegaskan kembali arahan bagi warga Inggris di Lebanon untuk mengungsi dan menyiapkan ebuah penerbangan khusus akan mengangkut warga Inggris dari Bandara Internasional Beirut-Rafic Hariri.

Serangan Iran terhadap Israel telah menuai kritik tajam dari tokoh politik Inggris. Menteri Luar Negeri David Lammy memperingatkan terhadap "siklus eskalasi" dan menyatakan hal itu tidak akan menguntungkan "siapa pun".

Sementara pemimpin Partai Konservatif Rishi Sunak menegaskan "kami dengan tegas mendukung hak Israel untuk membela diri termasuk terhadap Hizbullah di Lebanon".

Keir Starmer berbincang dengan para pemimpin Eropa lainnya pada Selasa malam, mengecam serangan Iran dan menyuarakan seruan untuk gencatan senjata di wilayah tersebut. 

Selama dialognya dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz, "para pemimpin sepakat bahwa eskalasi lebih lanjut tidak menguntungkan siapa pun dan bahwa semua pihak harus menahan diri", menurut juru bicara dari Downing Street.

Selain itu, ada diskusi dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, di mana Downing Street melaporkan "Perdana Menteri dan presiden sepakat bahwa memastikan keamanan Israel sangat penting dan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk de-eskalasi, dengan semua pihak perlu menunjukkan pengendalian diri".***

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan