Muhammad-kan Jiwa Kami

Ahmadi Sopyan-screnshot-

Oleh: AHMADI SOFYAN

Penulis Buku / Pemerhati Sosial Budaya

SETIAP tahun kami peringati hari kelahiranmu ya Muhammad SAW, semoga setetes kemuliaan dan keagunganmu bersama kami umatmu di negeri ini agar tak dilecehkan dan dipermainkan oleh kekuasaan.

MUHAMMAD SAW mengajarkan kemandirian, mendidik dirinya sendiri sejak kecil dengan mengembala, lantas berbisnis (berdagang) dengan mengutamakan kejujuran sehingga ia dikenal sebagai pedagang paling jujur se-jazirah Arab dan mendapat gelar dari masyarakat “al-amiin” (orang yang terpercaya). Tapi hari ini kita yang mengaku umat Muhammad berpesta pora dalam merayakan Milad-nya (Maulid) dari hasil uang meminta-minta, merayakan Maulid dengan membebani orang kaya, membebani pemerintah, bahkan bisa jadi menggunakan uang dari bisnis curang yang jauh dari kejujuran yang diajarkan oleh Muhammad SAW atau pun sebaliknya mencari uang untuk kepentingan pribadi . 

Muhammad mengajarkan kemandirian, mengajarkan kita untuk berwiraswasta, mengajarkan kita untuk berbisnis, tapi nyatanya kita lebih menghambakan diri dengan menjadi karyawan bahkan menyogok untuk menjadi abdi negara yang kita lakukan. Justru orang-orang China “mempraktekkan” jejak Rasulullah dalam berbisnis sehingga mereka sukses menguasai perekonomian kita, sedangkan kita umatnya hanya menggerutu karena persoalan ekonomi.

Muhammad mengajarkan tata pemerintahan yang mengutamakan kepentingan umat (rakyat). Tapi yang dipraktekkan para pemimpin dan pengambil kebijakan di negeri yang mayoritas mengaku umatmu ini justru sebaliknya. Meraih jabatan dengan cara-cara yang segalanya halal (machiavellisme). Meraih jabatan untuk sekedar mengejar status sosial, menambah daftar panjang riwayat hidup, dan lebih sadisnya mencari kekayaan untuk pribadi dan keluarga dari jabatan tersebut.

Muhammad mengajarkan sikap cinta terhadap Islam namun toleransi dalam batasan-batasan yang telah  ditentukan dengan berpedoman pada “laqum diinukum waliyadiin”. Tapi hari ini kami yang mengaku umatmu tak mampu lagi membedakan mana muslim mana non muslim, karena semuanya sengaja disamaratakan (disekulerkan), apalagi periode kepemimpinan saat ini. Kita yang mengaku umat Muhammad ini malu menunjukkan keislaman dalam kehidupan sehari-hari, tapi bangga jika dianggap sekuler bahkan kafir sekalipun. 

Muhammad mengajarkan setiap perempuan (muslimah) yang sudah akil baligh wajib menutup aurat. Tapi yang ada didepan biji mata dan lobang hidung kita adalah paha dan payudara yang menyembul dari perempuan-perempuan yang berlabel muslimah. Bahkan mirisnya disaat merayakan Milad-mu, perempuan-perempuan kami berlomba-lomba memamerkan lekukan auratnya, menonjol-nonjolkan apa yang memang sudah menonjol. Yang berjilbab, yang berhijab, apalagi yang bercadar adalah makhluk asing yang kita anggap aneh dan kuno, bahkan harus dicurigai karena setiap saat bisa distempel teroris oleh negara dan media.

Muhammad mengajarkan kecintaan dan kasih sayang kepada setiap manusia, saling asah, asih dan asuh. Tapi prakteknya yang kita lakukan adalah gasak, gesek dan gosok, serta menebar fitnah kepada saudara sendiri, menyikut kawan, membantai sahabat, membuang keluarga, demi kepentingan sesaat yang bersifat sangat duniawi, seperti jabatan, popularitas dan harta.  

Muhammad mengajarkan untuk menghormati dan mencintai ibu. Tapi yang kita praktekkan adalah menyia-nyiakan ibu sang kramat hidup. Ibu-ibu kita sudah tampil menggairahkan di berbagai media dengan “bergoyang ria” demi mendapatkan popularitas. Ibu yang saya maksud bukan hanya ibu kandung, tapi semua yang kita sebut ibu. Mislanya, “Ibu Pertiwi” sudah kita persilahkan untuk diperkosa asing, “Ibu Kota” sudah diserahkan kepada yang tak mengakui dirimu dan “ibu jari” hanya untuk kita acungkan guna memuji-muji pemimpin-pemimpin sekuler yang dibesar-besarkan oleh media yang tak pernah berpihak kepada umat muslim yang walaupun di negeri ini adalah mayoritas muslim. 

Do’aku Muhammad…..

YA ALLAH, ya Robbi, Muhammad-kan jiwa kami agar seperti kekasih-Mu Muhammad yang agung. Berikanlah kami keberanian untuk ber’amar ma’ruf dan bernahi munkar di tanah kami sendiri. Berikanlah kami seberkas sinar ketegasan pada ulama kami sebagaimana tegasnya engkau ya Muhammad kepada orang kafir dan lembutmu kepada umat Muslim. Karena sudah kami saksikan ada sebagian orang yang disebut ulama di negeri ini yang berperilaku sebaliknya, lembut kepada orang kafir (yang jelas memusuhi Islam) tapi keras dan tegas kepada umat Muslim bahkan pernyataannya cenderung merugikan agama muliamu.

Ya Allah yang Maha Mengetahui, berikanlah setetes pengetahuan-Mu sebagaimana yang telah Engkau berikan kepada kekasih tercintamu, Muhammad. Dengan setetes pengetahuan itu agar kami menjadi tahu mana yang hak dan yang bathil, mampu membedakan antara teh botol dan alkohol, bisa membedakan mana arak mana teh kotak, mampu menolak racun dan menerima madu, tak salah memilih mana ulama yang istiqomah dan berani dalam menegakkan tauhidmu dan mana ulama yang menjual agamamu demi jabatan dan takut akan jatuhnya kekuasaan, mana ulama yang menjadi pengarah bagi umara (penguasa) atau mana ulama yang justru diarahkan oleh umara.

Ya Allah ya Robbi, Engkau Maha Mengetahui segala isi langit maupun di bumi ini. Saat ini kami sedang memiliki banyak ulama, banyak orang cerdas, banyak ustadz, banyak tokoh, banyak organisasi, namun kami tidak menemukan kemuliaan seperti diri kekasihmu, Muhammad. Muliakanlah mereka agar kami pun menjadi mulia sebagai umat yang awam ini. Dekatkanlah kami pada ulama bukan pada penguasa yang zholim, jauhkan kami dari dari ulama yang menjauhkan kami dari beramar ma’ruf bernahi munkar di negeri sendiri hanya karena buta kekuasaan dan popularitas semu duniawi.

Tag
Share