WALIKOTA WALIKOTA PANGKALPINANG (Bagian Tujuh)

Akhmad Elvian-dok-

Oeh: Dato’ Akhmad Elvian, DPMP

Sejarawan dan Budayawan

Penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia

    

PADA masa pemerintahan pasangan Drs. H. Zulkarnain Karim, MM dan H. Triatmadja, Bsc., sebagai Walikota dan Wakil Walikota Pangkalpinang, untuk mempermudah transportasi antar kecamatan di dalam kota terutama antara Kecamatan Gerunggang dan Kecamatan Rangkui dibangun sebuah jembatan di atas Kolong Retensi Kacang Pedang yang kemudian diberi nama Jembatan Pahlawan 12  (untuk menghargai pejuang yang gugur dalam pertempuran di Bukit Ma Andil). 

--------------

JEMBATAN ini diresmikan pada hari Kamis tanggal 25 November 2004. Ide pembangunan jembatan ini sudah sejak 20 tahun lalu, namun karena keterbatasan anggaran, baru pada tahun 2001 Pemerintah Kota Pangkalpinang memberanikan diri untuk memulai pembangunannya dengan menggunakan dana APBD Kota Pangkalpinang sebesar Rp. 8.771.361.000,- yang dianggarkan secara bertahap dari tahun anggaran 2002 sebesar Rp. 3.264.361.000,- dan tahun anggaran 2003 sebesar Rp. 4.019.000.000,- serta tahun anggaran 2004 sebesar Rp. 1.488.000.000,-. Peletakan batu pertama pembangunan jembatan ini dilaksanakan pada tanggal 25 Okteber 2002 oleh Walikota yang saat itu masih dijabat oleh Drs. H. Sofyan Rebuin, MM dan Ketua DPRD Kota Pangkalpinang dijabat oleh Badarudin Usman. Data tekhnis jembatan ini adalah berjenis kerangka baja Austria, tipe B.60, bentang panjang 2 x 60 meter, lebar 7 meter, pondasi tiang pancang, lantai/plat terdiri atas beton struktur, ATB (Asphalt Treted Based), panjang 2 x 200 meter, lebar 6 meter, kemudian oprit terdiri atas agregate kelas B, agregate kelas A dan ATB (Asphalt Treted Based), terakhir jembatan ini mampu   dilewati kendaraan berkapasitas 15 ton dan memiliki panjang total 520 meter. 

Jembatan ini akan menimbulkan manfaat positif yang bersifat strategis, antara lain mempersingkat jarak tempuh, mengurangi kepadatan arus lalu lintas di tengah kota, memperlancar arus perekonomian dalam kota dan ke luar kota, meningkatkan nilai ekonomis daerah sekitar jembatan, dan sekitar jalan lingkar yang akan dibangun yaitu jalan lingkar arah barat yang dimulai dari Jalan Depati Amir tembus ke Jalan Kampung Melayu Tuatunu yang rencananya dibuat dua jalur serta Jalan Kampung Katak tembus ke daerah Gabek dan jalan lingkar arah timur yang dimulai dari arah Air Itam menuju ke Ketapang Pangkalbalam lalu tembus ke Pasir Padi dan selanjutnya ke Kampung Dul. Kemudian Jembatan Pahlawan 12 juga bermanfaat bagi penyebaran pemukiman penduduk dan pertumbuhan ekonomi ke arah luar kota. 

Kebijakan berikutnya yang dilakukan adalah penataan dan perubahan nama-nama jalan di Kota Pangkalpinang, untuk nama jalan di Kecamatan Pangkalbalam digunakan nama-nama ikan, di Kecamatan Bukit Intan digunakan nama bebatuan, di Kecamatan Rangkui digunakan nama holtikultura dan komoditi dagang, di Kecamatan Gerunggang dengan nama-nama pohon, di Kecamatan Tamansari dengan nama-nama bunga serta di kompleks perkantoran Gubernur Kepulauan Bangka Belitung dengan nama-nama pulau, sedangkan untuk nama-nama jalan di jalan-jalan utama Kota Pangkalpinang dengan nama-nama pahlawan. 

Penamaan nama jalan tersebut di samping menggunakan tulisan Latin juga digunakan tulisan Arab Melayu. Diantara jalan yang diganti namanya dengan nama-nama pahlawan adalah Jalan Air Itam diganti dengan nama Jalan Depati Hamzah, Jalan Koba diganti dengan nama Jalan Soekarno Hatta, Jalan Mentok diganti dengan nama Jalan Depati Amir dan Jalan Selan diganti dengan nama Jalan Solichin GP, sedangkan untuk jalan ke toko buku Gramedia dan radio Sonora dari depan Bank Pikko (Century) diberi nama Jalan Tonny Wen (Boen Kim To). Diberinya nama jalan dengan nama Tonny Wen dilakukan untuk mengenang jasa-jasanya sebagai pejuang pada masa revolusi fisik dan sebagai anggota Konstituante pertama. Di samping perubahan dan penataan jalan dilakukan juga pemasangan terhadap lampu-lampu jalan sekitar 2000 titik lampu dengan menggunakan jaringan timer yang akan menyala  dan padam secara otomatis pada pukul 17.30 WIB sampai pukul  24.00 WIB. Lampu jalan ini berfungsi sebagai penerangan dan mempercantik wajah Kota Pangkalpinang pada malam hari. 

Langkah selanjutnya di bidang transportasi adalah difungsikan kembali terminal induk di Plaza Pangkalpinang dan dilakukan penataan terhadap lintasan trayek angkutan kota atas 16 route yaitu Nomor trayek 01, Terminal Induk - Pangkalbalam dengan warna kendaraan warna merah, Nomor trayek 02, Terminal Induk - Selindung dengan warna kendaraan warna biru muda, Nomor trayek 03, Terminal Induk - Tuatunu warna kendaraan dengan warna biru tua, Nomor trayek 04, Terminal Induk - Perumnas Jalan Mentok (Jalan Depati Amir) dengan warna  kendaraan warna hijau tua, Nomor trayek 05, Terminal Induk - KM 4 Sungai Selan warna kendaraan dengan warna putih, Nomor trayek 06, Terminal Induk - batas kota Kampung Dul warna kendaraan dengan warna Kuning, Nomor trayek 07, Terminal Induk - Terminal Girimaya warna kendaraan dengan warna kuning les putih dan Nomor trayek 08, Terminal Induk - Air Itam dengan warna kendaraan warna hitam, kemudian ditambah dengan trayek atau rute baru yaitu Terminal Induk - Pasir Padi, Terminal Induk - Kantor Gubernur, Terminal Induk - Terminal Selindung, Terminal Induk - Terminal Keramat, Terminal Girimaya - Terminal Keramat via Parit Lalang, Terminal Keramat - Terminal Selindung via Bukit Merapin, Terminal Keramat via Pangkalbalam via Pintu Air, dan Terminal Induk - SMK Negeri 4 via RE Martadinata. Acara Peluncuran Peremajaan Angkutan Kota oleh Walikota Pangkalpinang, Drs. H. Zulkarnain Karim, MM dilaksanakan bersamaan dengan peresmian Balai Pengujian Kendaraan Bermotor (BPKB) Kota Pangkalpinang di Jalan Pasir Padi yang peresmiannya dilakukan oleh Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Drs. H. Hudarni Rani, SH. 

Kebijakan selanjutnya untuk sistem transportasi di dalam kota adalah pembangunan terminal penyangga angkot Pangkalbalam. Terminal ini dibangun persis di sekitar pintu gerbang masuk pelabuhan Pangkalbalam, luas terminal sekitar 2.415 m² (lebar bagian depan 29 meter, lebar bagian belakang 41 meter dan panjang sekitar 69 meter). Dinamakan terminal penyangga karena diperuntukkan sebagai penyangga saja dan tidak digunakan untuk kendaraan angkot berlama-lama berhenti disitu dan nantinya angkot tidak boleh masuk lagi ke Pelabuhan Pangkalbalam. Peresmian terminal ini dilakukan oleh Walikota Pangkalpinang pada tanggal 11 November 2005.  Penataan sistem transportasi di dalam kota ini didahului dengan penataan kawasan pasar dan penataan serta relokasi terhadap Pedagang Kaki lima (PKL) yang berjualan di daerah milik jalan dan di kawasan tertib yang telah ditentukan. Penataan selanjutnya dilakukan terhadap sistem pertaksian mengingat sampai saat ini belum ada taksi resmi di Kota Pangkalpinang termasuk untuk kebutuhan armada taksi yang beroperasi di Bandara Depati Amir. Peresmian peluncuran taksi tersebut dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 2006 setelah pelaksanaan upacara peringatan HUT RI ke 61 di Kota Pangkalpinang. Untuk mengelola taksi ini dipercayakan kepada PT PAS (PT Pangkalpinang Abadi Sakti), untuk sementara kuota taksi ditetapkan sebanyak 50 unit secara bertahap. Program dan rencana ke depan selanjutnya yang akan dilaksanakan oleh pemerintah kota dalam bidang transportasi adalah pembangunan terminal induk untuk menggantikan 4 terminal yang sudah ada sekarang.

Sebagai wujud simpati terhadap bencana yang melanda masyarakat di Nangro Aceh Darrusalam dan Kepulauan Nias Sumatera Utara yang dihantam bencana gempa bumi dan gelombang pasang tsunami pada tanggal 26 Desember 2005, masyarakat dan pemerintah Kota Pangkalpinang telah mengumpulkan bantuan untuk disumbangkan. Bantuan yang disumbangkan masyarakat terutama berupa bahan makanan dan pakaian layak pakai berjumlah 14 truk dan dilepas langsung oleh Walikota Pangkalpinang pada hari Selasa tanggal 5 Januari 2005, sedangkan bantuan lainnya berupa uang diserahkan secara langsung oleh Walikota Pangkalpinang, Drs. H. Zulkarnain Karim, MM melalui Departemen Sosial RI yang diterima langsung oleh Sekjen Depsos, H. Ruchdi pada hari Rabu tanggal 6 April 2005 dan dana yang diserahkan sejumlah 595 juta rupiah dengan perincian 450 juta rupiah untuk masyarakat di Nangro Aceh Darrusalam dan 125 juta rupiah untuk masyarakat di Kabupaten Nias Sumatera Utara.

Selanjutnya pada hari Rabu tanggal 6 Agustus 2005 dilakukan peresmian terhadap Stadion Depati Amir. Stadion ini menurut Walikota Pangkalpinang Drs. H. Zulkarnain Karim, MM adalah bagian awal dari pembangunan sarana olahraga di Kota Pangkalpinang, selanjutnya di kawasan ini akan dibangun Sport Centre untuk memenuhi kebutuhan sarana olahraga yang lebih lengkap dalam rangka meningkatkan pembangunan olahraga di Ibukota Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Stadion ini baru diresmikan setelah selama 23 tahun terbengkalai setelah lima masa kepemimpinan Kepala Daerah dan diselesaikan  setelah penyelesaiannya diambil alih oleh Pemerintah Kota Pangkalpinang masa Walikota, Drs. H. Zulkarnain Karim, MM. Penyelesaiannya menggunakan dana sebesar 5,3 milyar rupiah yang diperoleh dari bantuan Pemerintah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 3 milyar rupiah, Sumbangan PT Timah, TBK sebesar 500 juta rupiah dan sisanya dari Pemerintah Kota Pangkalpinang. Stadion Depati Amir berkapasitas 12.000-15.000 orang dan merupakan stadion yang bertaraf nasional. (Bersambung/***)

Tag
Share