Tutupnya Pabrik Sagu Dihajar Tambang Liar, Kini Bagai Sarang Hantu

Lokasi Pabrik Sagu yang Kini Merana.-screnshot-

KORANBABELPOS.ID.- SUNGAILIAT.- Pabrik sagu milik keluarga almarhum Asang, yang sudah beroperasi sejak 1960 silam, kini hanya meninggalkan kenangan sedih. 

Pasalnya, pabrik sagu rumbia yang menjadi mata pencaharian utama keluarga itu harus stop beroperasi setelah adanya tambang illegal yang beroperasi dekat rumah. 

Adakah yang peduli?  

Akibat penambangan liar itu, pabrik krisis air bersih karena tercemar limbah tambang milik yang notabene tetangga sendiri.

Harian BABELPOS pun turun ke lokasi pabrik yang sudah beroperasi sejak tahun 1960-an itu di Desa Rebo, Sungailiat, Bangka itu?  Apa yang terlihat?  Hanya menyisakan suasana angker. Terlebih rombongan tiba di lokasi jelang azan magrib berkumandang. Ditambah dengan adanya gonggongan anjing yang semakin membuat suasana kian seram.

BACA JUGA:Desa Tambang Harus Punya Model

Masih kental suasana adanya pabrik sagu itu. Dimana di halaman rumah sederhana -berasitektur lawas- terdapat penjemuran sagu terbuat dari papan yang sudah lapuk seluas 40 meter persegi. Di sisi kanan terdapat tempat pengumpulan  sagu hasil dari penjemuran yang tertutup jaring. 

Nah, di belakang terdapat 2 lokasi pengolahan bahan mentah berupa pohon rumbia. Yakni berupa mesin parutan hingga penyulingan serta bak perendaman. Lokasi ini juga sekaligus tempat proses pemisahan ampas dan sagu. Yang kemudian dijemur di depan rumah itu. 

Jungian anak almarhum Asang yang merupakan keturunan yang melanjutkan operasi pabrik. Jungian mengaku dalam operasionalnya tidak saja soal bahan baku batang rumbia yang utama. Melainkan juga keberadaan air bersih guna mendapatkan hasil produksi yang bermutu. 

“Tapi sejak keberadaan tambang liar sekitar tahun 2022 itu kami jadi krisis air bersih. Air yang mulanya kami sedot tak jauh dari rumah akhirnya tercemar oleh limbah tambang,” kisah pria 64 tahun. 

BACA JUGA:Masyarakat Berok Tolak Keras Tambang Punguk, Merbuk & Kenari

Tahun 2021 dia sudah mulai memoderniasi pabrik dengan harapan dapat produksi maksimal. Dimana yang awalnya masih manual lalu mulai menggunakan mesin-mesin. 

“Sempat beroperasi sekitar satu tahun, tapi tiba-tiba lahan dekat sumber air itu dihantam tambang jadi kotor. Di situlah saya kecewa, di saat kita mau mengembangkan usaha, tapi malah dihajar oleh tambang,” ingatnya sedih.***

 

Tag
Share