Kalau Listrik Padam, Rakyat Pasti Meradang

Ahmadi Sopyan--

Oleh: AHMADI SOFYAN

Penulis Buku/Pemerhati Sosial Budaya

JANGAN sampai ditengah lesunya perekonomian dan suasana terik bulan Ramadhan ini, PLN berulah dengan pemadaman. Ingat! Listrik jangan padam, agar rakyat tak meradang. Jangan gelap gulita, agar kami tak gelap mata…. 

-----------

BARU Jum’at lalu saya menulis di kolom TARING (Catatan Ringan) di harian Babel Pos ini, mengapresiasi PLN UIW Babel yang kita anggap mampu menjaga kestabilan listrik, terutama sebelum dan mengawali masuk bulan Ramadhan 1445 H hingga pertengahan Ramadhan kita jalani. Bahagia dan bangga tentunya yang kita rasakan sebagai warga Kepulauan Bangka Belitung bisa menikmati ibadah Ramadhan tak lagi dengan caci maki akibat rasa kesal dengan Listrik yang byar pet. Kita juga tidak perlu membaca dan melihat meme hujatan terhadap PLN diberbagai media sosial. Saya juga ditengah indahnya Ramadhan tidak perlu lagi melayangkan tangan ke wajah dan kepala orang yang menentang saya mengkritik PLN. Sebab Ramadhan tahun lalu, hal tersebut terjadi. Tangan ini harus melayang ke wajah seseorang akibat tak terima saya mengkritik, mencaci dan menghujat PLN. 

Selama bulan Ramadhan 1445 H ini, berapa banyak orang-orang yang saya temui mengapresiasi PLN UIW yang tidak ada pemadaman selama kita menjalani ibadah bulan Ramadhan ini. “Alhamdulillah Tok, Listrik Ramadhan ne dak padam agik, lah berubah tingkah e, Tok” begitulah ungkapan kegembiraan yang saya dengar dari salah satu ASN saat buka puasa dan tarawih di Rumah Dinas Gubernur Kepulauan Bangka Belitung. “Syukorlah Tok aok, listrik dak de padam agik selama Ramadhan ne, mungkin karena Atok gati ngamuk asak bulan Ramadan, makanya ramadhan ne mereka dak padam agik” salah satu suara masyarakat, ketika saya selesai menjadi pembicara di Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung beberapa hari lalu.

Ya, tentunya sebagai warga masyarakat Kepulauan Bangka Belitung, fasilitas listrik yang memadai ternyata menjadi salah satu hal yang sangat kita syukuri. Sebab berpuluh-puluh tahun kita warga di Negeri Serumpun Sebalai ini “dikerjain” soal listrik. Negeri yang memiliki kekayaan alam luar biasa ini, bahkan terbukti kekayaannya bisa dikorupsi oleh bajingan-bajingan dari luar Bangka Belitung senilai 271 Triliun. Bukankah ini rekor Korupsi terbesar yang pernah ada di Indonesia? Namun, kondisi listrik masyarakatnya berpuluh-puluh tahun harus menahan emosi, mempertebal kesabaran, mengurut dada sambil sebelah tangan berkipas karena gerah alias panas. Bayangin aja 271 Triliun ini buat bikin fasilitas Listrik dan plus biaya listrik gratis Masyarakat, bisa berapa ratus abad ya kita menikmatinya? Nyatanya, berpuluh-puluh tahun kita harus menikmati byar pet, membeli genset, membeli lampu cash, senter, bahkan yang rada kurang mampu kayak saya ya cukup bakar lilin. Kalau bakar ban ya di kantor PLN Gabek atau di kantor PLN jalan Koba. Biasanya begitu, bakar ban dan bakar pagar kantor PLN. Insya Allah dan mudah-mudahan tidak lagi terjadi, tak hanya Ramadhan kali ini, tapi untuk seterusnya. 

 Rakyat Lagi Susah, PLN Jangan Berulah!

“LISTRIK padam, Yah” ujar anak gadis saya melaporkan. Saya yang sedang menikmati tidur siang, baru tahu kalau listrik padam, pantesan suasana gerah, ternyata AC di kamar tidak berfungsi. Ya sudah, saya pun meneruskan tidur sebab mata masih sangat-sangat ngantuk. Sambil mata terpejam, dalam hati sempat berdo’a sebelum kembali pulas: “Moga nggak lama padamnya”. Sorenya, setelah puas menikmati tidur, saya baru buka layar HP, cukup banyak WA yang isinya melaporkan tentang listrik padam ke HP saya. Dalam hati bergumam: “Beginilah jadinya, sudah kadong dicap musuh PLN, setiap listrik padam, pasti saya yang jadi tempat pengaduan. Rasain dan nikmatin dah!”. Begitulah kalau sudah buka WA, dikala listrik padam, isinya curhat dan hujat serta kalimat-kalimat provokatif agar saya ngamuk ke PLN. Syukurnya walau menjelang lebaran seperti ini, nggak ada WA yang isinya minta THR. Kalau yang mau ngasih THR? Ah… itu mau tahu aja…

“Bro, PLN padam lagi, kayak tahun-tahun yang sudah, tiap puasa dan lebaran” isi WA salah satu sahabat wartawan. “Jok, keparat PLN ne, lah mulai pulik kek nyusah kite. Ape nek kita tunu bae kantor e? dak tau ekonomi kite tengah susah, nya pulik ikot nyusah kite ne. ambik Tindakan, Jok!” sahabat masa kecil kirim WA yang dia kira kita ini gagah banget, bisa ambil tindakan. Padahal orang semacam saya ini tindakannya ya cuma satu, marah dan bakar!. Masih ada beberapa WA lagi yang mengeluhkan terjadinya pemadaman listrik beberapa hari lalu. Pun kemaren siang ketika saya akan menghadiri undangan rapat di Kantor Gubernur, kondisi BBM mobil menipis, terpaksa harus membeli BBM manual yakni eceran sebab Listrik lagi padam. Suasana panas membuat saya kian panas terhadap pemadaman listrik yang ternyata terjadi beberapa kali (beberapa tempat) di Bangka Belitung dikala akhir-akhir Ramadhan ini. 

Saya tidak mendapatkan berita apapun terkait terjadinya pemadaman listrik beberapa hari lalu. Selang beberapa waktu, saya membuka “WA group khusus” yang hanya berisikan 6 orang. Dalam group WA khusus itulah saya membaca salah satu share dari salah satu anggota group, yang isinya mengabarkan kepada pembesar-pembesar negeri, Yth. Bpk Gubernur, Bpk Kapolda, Bpk Kajati, Bpk Ka PT, Bpk Danrem, Bpk Danlanal, Bpk/Ibu Instansi Vertikal Bpk/Ibu Res SKK. Informasi hanya kepada para pejabat-pejabat besar itu ternyata menunjukkan bahwa PLN UIW Bangka Belitung hanya takut kepada pejabat, tapi tidak takut kepada Rakyat. Perilaku BANGSAT seperti ini, harus diketahui, bahwa RAKYAT itu mendapatkan Listrik tidak dengan gratis, tapi membayar. Mana Wakil Rakyat kami yang harusnya kalian kabari/sampaikan? Nggak ada yth itu WAKIL RAKYAT (anggota DPRD) seluruh Bangka Belitung? Sehingga kami rakyat mungkin bisa mendapatkan berita itu melalui wakil rakyat, kalau kalian orang PLN terlalu alergi berhadapan langsung dengan kami rakyat ini. PLN UIW Babel hanya tahunya sama pejabat-pejabat saja, tapi tidak pernah mengenal rakyat yang telah menghidupi PLN itu sendiri dengan biaya listrik tinggi. Sedangkan para pejabat itu tidak pernah membayar Listrik, mereka gratis dan difasilitasi negara. 

Perilaku priyayi dan eksklusif manajemen PLN di Bangka Belitung sampai detik ini tidak pernah berubah, masih merasa bahwa karyawan BUMN adalah kelas atas, marga lebih tinggi dari rakyat yang notabene membiayai hidup mereka. Karyawan-karyawan PLN UIW Babel ini sejak zaman bahula sampai sekarang perlu dididik adat, budaya, etika, cara komunikasi dengan rakyat, cara merangkul masyarakat dan yang paling penting adalah cara bagaimana berkomunikasi di media sosial terlabih media nyata (langsung). Karyawan-karyawan PLN UIW Babel masih bodoh dalam hal ini. Sekali lagi, masih bodoh!

Sebagai rakyat, kepada PLN saya hanya ingin menyampaikan pesan banyak masyarakat, baik di kampung maupun di perkotaan bahwa kondisi perekonomian Masyarakat Bangka Belitung sedang tidak baik-baik saja, kondisi kepala masyarakat masih panas, jangan sampai PLN memanas-manasi kesabaran Masyarakat dengan melakukan pemadaman Kembali. Bagi kami urang Bangka, “Dak sape negah ikak nek jadi raje di negeri ini, tapi jangen ngeraje!”. 

PLN UIW Babel, interospeksi dirilah! Mumpung Ramadhan masih tersisa beberapa hari lagi! Siapkan kelistrikan yang memadai, jangan sampai lebaran nanti menjadi gelap gulita dan akhirnya rakyat gelap mata.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan