Baca Koran babelpos Online - Babelpos

Perilaku Kaget

Ahmadi Sopyan-screnshot-

Oleh: AHMADI SOFYAN

Penulis Buku / Pemerhati Sosial Budaya

 

PERGAULAN yang sempit serta kurangnya wawasan atau pengetahuan akibat merasa sudah hebat dan pintar, seringkali memunculkan golongan manusia-manusia bermental gampang kaget (terkejut) dengan perkembangan diri dan lingkungan di sekitarnya.

---

 

ORANG Bangka seringkali mengistilahkan seseorang atau kelompok yang berperilaku kagetan dengan perkembangan diri yang berperilaku diluar kebiasaan melalui kalimat sindiran, seperti: “bute baru tau mencelak” (buta baru bisa melihat), “budak baru tau pakai sepatu” (anak-anak baru bisa pakai sepatu), atau“kaki baru tau ngejong” (kaki baru bisa lurus), dan lain-lain.

Begitu juga dengan budaya Jawa sebagai salah satu budaya yang tertua di tanah air ini, juga memiliki pepatah atau idiom yang berasal dari warisan leluhurnya. Misalnya yang berkaitan dengan perilaku “kagetan” ini adalah ojo gumunan (jangan mudah kagum), ojo kagetan (jangan mudah terkejut), lan ojo dumeh (dan jangan sombong atau sok).

Sebagai orang iseng yang suka mengamati kehidupan sosial, saya mencatat setidaknya ada tiga jenis perilaku kaget yang kerapkali terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. 

1.Kaget Sosial

Kaget sosial ini adalah jenis kaget yang paling banyak menimpa kita. ditengah-tengah masyarakat kita muncul istilah OKB (Orang Kaya Baru). Hal ini berkaitan erat dengan perilaku kaget sosial dari jenis orang yang awalnya tidak punya apa-apa menjadi memiliki sesuatu yang diidamkan. Misalnya, dari yang sebelumnya pakai sepeda pancal menjadi punya motor keluaran terbaru atau mobil (walaupun kreditan) lantas dipamer kesana kemari dan setiap ngobrol selalu kendaraan yang menjadi bahan omongan. Umumnya orang yang baru beli mobil ada 2 perilaku yang paling sering dilakukan, yakni setiap hari mobil dicuci dan hobi berjalan menggunakan kendaraan yang baru dibeli walau tanpa tujuan. 

Selain berkenaan dengan kepemilikan (barang), perilaku kaget sosial juga bisa terjadi pada sikap lain. Misalnya, baru sekali berkomentar di koran, langsung koar-koar kemana-mana merasa diri seleberitis dan memamerkan beritanya kemana-mana, terutama di media sosial seperti Facebook, BBM dan lain-lain. Biasanya ini terjadi pada anak-anak muda yang berperilaku “kepon popularitas”, yakni kepengen tenar. Begitu juga misalnya baru sekali muncul di televisi sudah merasa semua orang se-antero negeri mengenal dirinya lantas bersikap sok ngartis dan sok populer. 

Perilaku kaget sosial juga terjadi misalnya orang pelosok yang tiba-tiba masuk kota besar, lantas berkoar-koar cerita mengenai kemewahan kota yang dibesar-besarkan. Atau orang kampung yang baru menginjakkan kaki keluar negeri dan pulangnya bikin heboh se-antero kampung, karena setiap ngobrol selalu menceritakan hal-hal “hebat” diluar negeri. Orang yang mendengarkan dianggap terkesima, padahal selangkah kepergiannya, orang-orang justru mentertawakan karena langok (bosan).

Termasuk juga didalamnya para sarjanawan-sarjanawan yang baru di wisuda lantas pulang kampung dengan gaya “taipau” sok intelek, merasa serba tahu dalam segala hal serta membangga-banggakan titel dibelakang namanya dengan menuliskan besar-besar titel tersebut seakan-akan orang lain dianggap terkesima.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan