Sindeng Bangka Selatan Menasional
Rusmin Sopian-Dok Pribadi-
Oleh Rusmin Sopian
Penulis yang Tinggal di Toboali
WARISAN Budaya Tak Benda (WBTB) dari Negeri Junjung Behaoh, Bangka Selatan kembali menoleh sejarah dalam kancah kebudayaan Nusantara. Setidaknya, legitimasi WBTB dari Bangka Selatan itu telah diakui. Bahkan menjadi catatan sejarah bagi dunia kebudayaan Nusantara.
Setidaknya, momen sejarah telah ditorehkan oleh delegasi tim budaya Bangka Selatan yang dinakhodai Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bangka Selatan Andrey Taufiqullah.
Dalam momen sidang WBTB minggu (6/10) malam di Jakarta , tim ahli WBTB Indonesia secara simbolis dikenakan penutup kepala berupa Sindeng oleh delegasi Bangka Selatan dan perwakilan Disparbudkepora Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Mengutip pernyataan Pamong Budaya Bangka Selatan Dwikki Dhaswara, bahwa pemasangan Sindeng kepada Tim Ahli WBTB Indonesia, bukan sekadar kegiatan seremonial semata, melainkan sebuah bentuk representasi fisik dan pengalaman langsung bagi para ahli untuk merasakan dan menghayati nilai dan makna budaya yang melekat pada Sindeng tersebut, yaitu Sindeng Sikapur Sirih, Sindeng Lang Betedung, dan Sindeng Punggawa.
Setelah pengenaan Sindeng kepada Tim Ahli WBTB Indonesia , delegasi Bangka Selatan secara langsung berkesempatan menyerahkan Naskah Akademik Pakaian Adat Bangka Selatan kepada Tim Ahli WBTB Indonesia. Penutup kepala yang disebut sindeng dan digunakan pada masa lalu serta sebagai penamaan untuk pakaian adat itu sendiri, terdiri dari Sindeng Sikapur Sirih, Sindeng Lang Betedung dan Sindeng Punggawa.
Sindeng Sikapur Sirih ini dipakai khusus oleh pimpinan tertinggi daerah. Atau dalam jabatan pemerintahan hanya digunakan oleh Bupati dan Wakil Bupati dengan sedikit perbedaan pada tinggi dan pendek haluannya. Sementara itu, Sindeng Lang Betedung digunakan oleh para pengawal. Dalam hal ini untuk dalam jabatan pemerintahan digunakan oleh Forkompinda, Sekda, dan para Kepala Dinas di daerah ini.