Baca Koran babelpos Online - Babelpos

Guru yang Tak Pernah Menggurui

Hamdan Juhannis.-Dok Pribadi-

Oleh Hamdan Juhannis 

Rektor UIN Alauddin

 

"Mengeritik, menyoroti, mengoreksi, ataupun mencandai sesuatu yang menjadi profesi sendiri tidak sepatutnya membawa luka bagi yang lain karena itu sudah pasti berasal dari penghayatan yang sangat dalam." Kalimat di atas bukan kutipan dari seorang tokoh. Saya yang mengarangnya sendiri, entah salah atau sangat salah.

 

Saya jadikan sebagai pembuka ulasan dalam merespon adanya perbincangan ramai di media sosial saat ini dari pernyataan Menteri Agama, Prof. KH. Nasaruddin Umar, tentang guru sebagai profesi suci, bukan sekadar profesi untuk mencari uang atau menjadi kaya.

 

Hakikatnya, sebuah pernyataan tajam belum tentu bisa disebut sebagai kritikan karena yang disampaikan sebatas pandangan antisipatif, tidak diperuntukkan untuk menyindir perilaku orang atau menunjuk kasus tertentu.

 

Pun, kritikan itu sepanjang membangun, maka itu sebuah keniscayaan yang harus diterima untuk perubahan. Sebuah pernyataan bisa juga berwujud refleksi karena menjadi cerminan diri terhadap masalah yang dihadapi bersama.

 

Reflection From Within

Dalam kaitan dengan pernyataan itu, saya lebih tertarik menyebutnya sebagai refleksi. Karena refleksi, Menteri Agama sedang bercermin. Beliau bercermin pada dirinya yang berasal dari "within". Ia ada di dalamnya. Ia memahaminya, menyelaminya, dan menggelutinya. Beliau pastinya menjadi bagian tak terpisahkan dari profesi itu. Pernyataan itu bukan berasal dari "without", bukan karena kealfaan, atau sebagai pengamat karena tidak merasa menjadi bagian, yang berjarak dari profesi yang ditekuninya.

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan