Baca Koran babelpos Online - Babelpos

Mahasiswa KKN Hidupkan Pemanfaatan TOGA

Mahasiswa KKN Hidupkan Pemanfaatan TOGA.-istimewa-

DESA KELABAT- Upaya menjaga kesehatan keluarga tidak selalu harus mengandalkan obat-obatan kimia. Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kedisinian Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung membuktikan hal itu lewat program pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) di Desa Kelabat, Kecamatan Parittiga.

Program yang dilaksanakan pada Agustus 2025 ini bertujuan menumbuhkan kesadaran masyarakat agar lebih mandiri memanfaatkan tanaman herbal sebagai alternatif pengobatan sehari-hari. Tidak hanya sekadar menanam, mahasiswa juga mengajak warga untuk belajar mengenali khasiat tanaman, cara pengolahan, hingga perawatannya.

Indonesia sejak lama mengenal TOGA sebagai warisan pengobatan tradisional. Jahe, kunyit, sereh, temulawak, daun sirih, hingga lidah buaya, terbukti memiliki khasiat kesehatan dan sudah digunakan turun-temurun. Namun di Desa Kelabat, pemanfaatannya masih terbatas. Banyak warga yang memiliki tanaman obat di pekarangan, tetapi belum tahu cara pengolahan yang tepat.

Melalui program ini, mahasiswa mengajak masyarakat memanfaatkan pekarangan rumah sebagai “apotek hidup”. Bibit tanaman seperti lempuyang, temulawak, kumis kucing, hingga bawang merah ditanam bersama warga di halaman posko KKN, lalu dibagikan ke setiap rumah.

“Selama ini kami tahu jahe bisa untuk masuk angin, tapi ternyata masih banyak tanaman lain yang bermanfaat. Sekarang kami jadi lebih semangat menanam di pekarangan,” ujar salah seorang warga Desa Kelabat.

Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan metode Participatory Rural Appraisal (PRA), yaitu pendekatan partisipatif yang menekankan keterlibatan masyarakat sejak awal. Tahapannya dimulai dari survei potensi, pengumpulan tanah, penanaman bersama, hingga evaluasi. Mahasiswa berperan sebagai fasilitator, sedangkan masyarakat menjadi pelaku utama kegiatan.

Tidak hanya menanam, setiap sesi diselingi dengan penjelasan tentang khasiat tanaman. Misalnya, lidah buaya untuk kesehatan kulit, kunyit untuk menjaga pencernaan, hingga kumis kucing untuk kesehatan ginjal. Dengan cara ini, warga mendapat pengalaman langsung sekaligus ilmu praktis yang bisa diterapkan di rumah.

Hasil kuesioner yang dibagikan menunjukkan tingkat kepuasan masyarakat yang tinggi. Nilai rata-rata mencapai 92% untuk aspek kemanfaatan program. Pengetahuan dasar warga tentang TOGA juga meningkat signifikan, dengan skor mencapai 96,6%.

Program ini bukan hanya memperluas wawasan kesehatan, tetapi juga membuka peluang ekonomi. Tanaman obat yang dibudidayakan dapat diolah menjadi produk herbal sederhana, seperti minuman herbal atau serbuk instan, yang bernilai jual.

Meski demikian, ada beberapa kendala yang ditemui, seperti keterbatasan bibit tertentu, waktu pendampingan yang singkat, dan perbedaan tingkat pengetahuan warga. Oleh karena itu, keberlanjutan program membutuhkan dukungan pemerintah desa, baik dalam penyediaan bibit, pembentukan kelompok TOGA, maupun pelatihan lanjutan. (rel)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan