Kampung Terak atau Klasah

Akhmad Elvian-screnshot-
Oleh: Dato’Akhmad Elvian, DPMP
Sejarawan dan Budayawan Bangka Belitung
Penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia
KAMPUNG Terak atau dalam beberapa peta lama Inggris dan Belanda disebut dengan Tirak, Trak atau dalam beberapa peta dan literatur disebut dengan Terak/Klasah atau Klassa.
-----------
TOPONIMI Terak atau Tirak berasal dari nama spesifik Terak yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti ampas leburan logam (Timah dan sebagainya) yang dilebur dalam tanur tinggi, rupanya sebagai batu kaca. Secara khusus Terak Timah adalah hasil samping dari proses peleburan bijih Timah, yang merupakan limbah dengan kandungan senyawa oksida yang tidak dapat tereduksi. Terak Timah biasanya memiliki bentuk seperti batu dan mengandung Timah (Sn), silikon (Si), serta unsur radioaktif torium. Selain itu, terak Timah juga mengandung unsur-unsur logam berharga seperti titanium, tantalum, niobium, dan wolfram. Sedangkan toponimi Klasah atau Klassa berasal dari nama spesifik lokal di Pulau Bangka untuk penyebutan ikan Arwana yang disebut dengan ikan Kelesak atau Klesa atau Klasah, bahkan di wilayah geografis Kampung Terak ada toponimi Aik Kelesak yang secara spesifik menunjukkan nama generik Anak Sungai dan nama spesifik Ikan Kelesak (Klassa) yang endemik hidup di anak sungai. Ikan Kelesak atau Arwana memilki nama Latin Scleropages formosus, adalah salah satu spesies ikan air tawar dari Asia, termasuk endemik di sungai dan rawa rawa di Kepulauan Bangka Belitung. Menelisik kondisi topografi Kampung Terak atau Klassa, pada sepanjang sisi Timur sampai ke arah Timur Lautnya adalah wilayah rawa rawa dari sempadan Sungai Pedindang yang berhulu di Kelekak Balai dan Gunong Mangkoel (397,5m), Gunong Koekoes (378m) dan Gunong Doeaajam (342m).
Kampung Terak adalah Satu kampung lama (native village) yang masuk dalam wilayah Distrik Pangkalpinang. Pada masa Inggris (Tahun 1812-1816) nama kampung Terak atau Tirak telah tertulis dalam Map of the island of Banka: compiled from remarks and materials collected during a journey through the island, annexed to a report on the same and addresed to the Honourable Thomas Stamford Raffles Esqre. Leutenant Governor of the island of java and its dependencies & c, by his most obedient servant Thomas Horsfield. Dalam peta tersebut digambarkan Kampung Terak dihubungkan berupa garis putus-putus yang lurus, dan merupakan jalur distribusi dan transportasi pengangkutan Timah ke distrik Pangkal Penang dengan jalur yang menghubungkan Kampung Tirak (Terak) ke Village of Batin Marawang (pada bagian Timur dari Mendoo River) menuju Mines of Pangkal Penang dan ke Stoocade of Pangkal Penang, terus menelusuri Pangkal Penang River sampai ke muara Pangkal Penang River di Marawang River.
Berdasarkan laporan peneliti Inggris, Thomas Horsfield, Report on the Island of Banka, Journal of the Indian Archipelago, 1848, hal. 317, bahwa penduduk yang menempati wilayah Kampung Terak adalah berasal dari Kampung Pakuk. Thomas Horsfield menerima laporan, bahwa penjarahan dan perampokan telah dilakukan bajak laut Illanun atau Lanun di Pulau Bangka meluas sampai di wilayah Pesisir Timur Pulau Bangka ke wilayah Koba, Kurau, Pangkol (dekat Pangkalpinang) dan kemudian menyerang daerah pedalaman di Pakuk, tempat penduduk mengusahakan Besi. Beberapa ratus keluarga telah direnggut (dirampok) di pemukimannya, tapi jumlah terbesar tewas di hutan akibat kelelahan dan kelaparan. Perampokan bajak laut terhadap wilayah Paku, menyebabkan penduduk lari ketakutan dan bersembunyi di dalam hutan. Penambangan Besi di wilayah Paku kemudian terbengkalai dan tidak dilakukan lagi oleh masyarakat. Penyerangan terhadap pemukiman penduduk asli dan daerah yang penting dan luas di Paku, mengulangi kebiadaban yang telah dilakukan oleh bajak laut di Toboalih (Toboali). Mereka melarikan diri ke distrik Utara (dari Pangkalpinang, Tirak (Terak), Depa, Marawang dan Sungailiat) dimana mereka menemukan tempat berlindung dari ancaman. Depati Paku tewas dalam serangan itu; penerusnya banyak kini bermukim di Tirak atau Terak. Serangan Bajak Laut terhadap Pulau Bangka sebagaimana laporan Horsfield juga diketahui berdasarkan catatan dalam Algemeen Verslag Der Residentie Banka Over Het Jaar 1850, bundel Bangka No.41. Bajak Laut Lanun menyerang dari Benteng Moeloet di Sungai Kepoh sekitar Tahun 1792, penyerangan memutar secara ekstrem ke wilayah pesisir Barat Pulau Bangka dan menjarah kawasan Toboalih dan kampung-kampung di sekitarnya termasuk di wilayah pedalaman di Pakuk tempat penduduk mengusahakan Besi.
Setelah berakhirnya perlawanan rakyat Bangka yang dipimpin oleh Depati Amir berdasarkan Algemeen Verslag Der Residentie Banka Over Het Jaar 1850, Bundel Bangka No. 41 diketahui, bahwa Pemerintah Hindia Belanda membangun ruas jalan baru dari Distrik Pangkalpinang melalui bagian tengah Pulau Bangka ke Distrik Sungaiselan dalam jarak 26 paal dan kemudian dilanjutkan pembangunan jalan dari Distrik Sungaiselan menuju ke Kampung Kurau dalam jarak 24 paal. Dari jalan raya Distrik Pangkalpinang ke Distrik Sungaiselan melewati beberapa kampung yaitu; Betoer, Dal/Dul, Trak/Klasah, Dinding Papan, Troe/Masoena yang berada di Distrik Pankalpinang dan jalan terus menghubungkan ke kampung, Broeas/Nihin of Batjang, Treblan, Seraij, Kreta/Parit-Trentang, Melaboen dan Soengi Slan yang berada di Distrik Soengislan. Kampoeng Broeas merupakan batas antara Distrik Pankalpinang dengan Distrik Soengislan. Selanjutnya dalam Laporan Belanda, dari jalan raya Sungaiselan ke Kampung Kurau terdapat beberapa kampung yang dilewati yaitu; Soengislan, Melaboen, Kreta/Parit-Trentang, Kates, Poepoet yang berada di Distrik Soengislan dan jalan terus menghubungkan ke kampung Ciloeak, Soengkap, Namang, Balielik/Moenjang di Distrik Pankalpinang dan jalan terus ke kampung Koeraoe di Distrik Koba. Kampung Koeraoe merupakan batas antara Distrik Pankalpinang dengan Distrik Koba. Berdasarkan Kaart van het Eiland Banka (cartographic material) volgens de topographische opneming in de jaaren 1852 tot 1855, Atlas van Nederlandsch karya L. Ullman dan diterbitkan di Batavia pada Tahun 1856 Masehi, Kampung Terak ditulis dengan Trak dan berada dalam wilayah Distrik Pankalpinang.
Dalam catatan Dr. S.A. Buddingh, dalam Neerlands-Oost-Indie Reizen Over Java, Madura, Makasser, Saleijer, Bima, Menado, Sangier-eilanden,Talau-eilanden, Ternate, Batjan, Gilolo, en omliggende eilanden, Banda-eilanden, Amboina, Haroekoe, Saparoea, Noussalaut, Zuidkust van Ceram, Boeroe, Boano, Banka, Palembang, Riouw, Benkoelen, Sumatra’s Westkust, Floris, Timor, Rotty, Borneo’s West-Kust en Borneo’s Zuid-en Oostkust;gedaan gedurende het tijduak nan 1852-1857, pada halaman 65 dinyatakan, bahwa kampung Terak ditulis dengan Kampong Klassa, selengkapnya: “Zuidwestelijk van Pankal-pinang voert een weg naar Soengi-slan of Pankal-slan, hoofdplaats van het (in 1854 door den heer VAN HOOGENSTRATEN geadministreerd) tin-mijn-distrikt van dien naam, en digt bij de westkust van Banka aan de Soengi of rivier Slan gelegen. Deze weg is 26 palen of 9 uren lang, en loopt langs de kampongs Klassa, Din-ding-papan, Masoena, Nihin of Batjang, Treblan,Serai en Melabon, en langs de parits of mijnen Doendang en Trantang. Vroeger was de, door een Redoute beschermde, pankal van dit boschrijk distrikt gevestigd te Banka-kotta aan de rivier van dezen naam en bij het Parmassang-gebergte aan de zuidwest-kust, doch is in 1837 of 1838 naar de rivier Soengi-slan, welke zich bij de Nanka eilanden in Straat- Banka ontlast, verlegd geworden.
Dalam peta Resident Bangka en Onderh. Opgenomen door den Topografischen dienst in 1928-1929 Blad 34/XXV d. Reproductiebedrijf Topografische dienst, Batavia 1931 Auteursrecht Voorbehouden (Stbl 1912 No.600) digambarkan dengan jelas jalur atau jalan Trem yang menghubungkan Kantoor v/d Tinwinning ke kampung Ampoei, terus menuju ke Pangkalbalam sampai ke Goedang v/d K.P.M (Koninklijke Paketvaart Maatschappij) dan Smeltcentraat (Peleburan Timah). Jalur tersebut tentu saja difungsikan untuk pengangkutan biji Timah dan karyawan atau pekerja tambang dari kantor perusahan Timah Belanda menuju pusat peleburan Timah (Smeltcentraat). Setelah biji Timah dilebur dengan oven berpendingin air dan dicetak menjadi balok-balok Timah, kemudian dikirim ke Singapura untuk dipasarkan ke seluruh penjuru dunia
Sesuai dengan Toponiminya, bahwa Kampung Terak adalah daerah Tambang Timah di wilayah darat yang produktif. Dalam peta Resident Bangka en Onderh. Opgenomen door den Topografischen dienst in 1928-1929 Blad 34/XXVd.Reproductiebedrijf Topografische dienst, Batavia 1931 Auteursrecht Voorbehouden (Stbl 1912 No.600) digambarkan sedikitnya terdapat 7 Tambang darat dan kemudian dengan jelas digambarkan jalur atau jalan Trem yang menghubungkan tambang darat di Utara Kampung Terak (Trak) menuju ke Kantoor v/d Tinwinning, kemudian jalur Trem atau jalan Trem tersambung menuju pusat peleburan Timah (Smeltcentraat) di kawasan Pangkalbalam. Bukti arkeologis aktivitas Trem dan lintasannya adalah dengan ditemukan sisa lintasan rel Trem di Kota Pangkalpinang yang kemudian disebut masyarakat dengan kawasan jalan Trem dan daerah di sisi sebelah lintasan Trem sebelah Timur disebut masyarakat dengan kawasan atau daerah Trem Seberang yang kemudian berkembang menjadi Kampung Trem Seberang.
Pada sisi sebelah Timur Kampung Terak mengalir Sungai Pedindang yang berhulu utama di Gunong Mangkol dan sungai Pedindang melintasi sebagian Wilayah Kota Pangkalpinang serta alirannya bertemu dengan aliran Sungai Rangkui di Kulong Pasar Pangkalpinang dan kemudian terus mengalir dan bermuara di Pangkalbalam (Muara Sungai Merawang). Gunong Mangkol juga merupakan sumber Air Baku bagi Air Minum (Waterleiding) Distrik Pangkalpinang. Berdasarkan catatan sejarah Waterleiding diketahui, bahwa sumber air baku di Gunong Mangkol diinformasikan oleh Kepala Kampung Terak kepada ahli air Belanda, Bas van Hout yang sedang meneliti sumber air baku pada masa Residen J.E Edie (Tahun 1927). Atas petunjuk Kepala Kampung Terak, kemudian dibuatlah jalan kecil menyusur di pinggir Sungai Pedindang ke arah hulu supaya mudah memeriksa sumber air di hulunya. Setelah diperiksa dan diukur oleh ahli air, Bas van Hout ditetapkanlah sumber air Gunung Mangkoel sebagai sumber air minum bagi penduduk Distrik Pangkalpinang. Setelah Residen J.E. Edie memasuki masa pensiun, pembangunan fasilitas air minum atau pipa air (Waterleiding) untuk Kota Pangkalpinang, dilanjutkan pada masa Residen Hooyer, DG yang menjadi Residen Bangka pada Tahun 1928-1931 Masehi.***