Paus adalah Servus Servorum Dei

--

Oleh Paulus Tasik Galle’

(ASN Pusat Kerukunan Umat Beragama-PKUB. Alumnus Fakultas Teologi Katolik Ludwig-Maximilians Univaersitas Muenchen, Jerman dan Program Doktor SPs UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta)


Ungkapan dalam bahasa Latin ini dapat diterjemahkan: “Hamba dari segala Hamba Allah”. Seorang Paus dalam Gereja Katolik menyebut dirinya sebagai seorang Hamba dari segala Hamba Allah.

“Gelar” diri yang disematkan pada diri seorang Paus sebagai pemimpin umat Katolik dunia pertama kali digunakan oleh Paus Santo Gregorius I yang menjadi Paus pada tahun 590-604; dan sejak abad ke-9 dalam sejarah Kepausan telah digunakan secara teratur oleh para Paus berikutnya khususnya gelar diri ini ditulis dalam dokumen resmi/piagam yang disegel (bulla) yang terbuat dari logam (biasanya timah).

Dalam “gelar” diri ini ingin diungkapkan dan diwartakan tentang apa arti kerendahan hati dan pelayanan prima dan tuntas dari sebuah bungkusan mahkota simbolisasi kekuasaan dan atau wewenang yang melekat dalam peran dan fungsi sebagai seorang Paus.

Seorang Paus ingin selalu mengingatkan dirinya dan umat Katolik pada keseluruhanya bahwa tugas dan pelayanan seorang Paus tidak lain adalah menjadi pelayan yang melayani bahkan memerankan dirinya sampai pada titik paling terendah yakni sebagai hamba dari segala hamba Allah. Kesilauan mahkota kekuasaan dapat menggoda dan menghilangkan jati diri dan spiritualitas sesungguhnya yang seharusnya diemban dari peran dan fungsi diri sebagai seorang Paus.

Kesadaran terdalam ini lahir dari ajaran Yesus Kristus sendiri: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu” (Injil Matius: 20:25-27).

//Paus Leo XIV: Robert Francis Kardinal Prevost
“Annutio vobis gaudium magnum, Habemus Papam” yang artinya “Aku mengumumkan kepada kalian kabar sukacita besar, Kita memiliki Paus”. Kalimat ini diucapkan beberapa jam yang lalu waktu Vatikan (8/5/2025) oleh seorang Kardinal Protodiakon Dominique Mamberti dari Balkon Basilika Santo Petrus Vatikan, Roma.

Konklaf yakni pertemuan 133 Kardinal dalam Kapel Sistina yang letaknya di samping Basilika Santo Petrus untuk memilih Paus baru pengganti Paus Fransiscus telah berakhir. Asap putih sudah keluar dari cerobong atap Kapel Sistina yang mengirim pesan kepada dunia bahwa Paus baru sudah terpilih. Robert Francis Kardinal Prevost terpilih sebagai Paus pengganti Rasul Santo Petrus yang ke-267, sebagai pemimpin umat Katolik sedunia, sebagai Uskup Agung Keuskupan Agung Roma, dan sekaligus sebagai Kepala Negara Vatikan yang baru.

Vatikan adalah sebuah negara terkecil di dunia yang letaknya ada di dalam kota Roma, dan kota Roma sendiri adalah ibu kota Italia yang memiliki seorang Walikota. Luas Negara Vatikan hanya sekitar 0,44 Km2 dengan penduduk sekitar 880 orang yang hampir seluruhnya adalah rohaniwan rohaniwati Katolik yang bertugas mendampingi Paus.

Paus Leo XIV lahir dengan nama Robert Francis Prevost pada tanggal 14 September 1955 di Chicago, Illionis, Amerika Serikat. Beliau masuk Novisiat Ordo Santo Augustinus (OSA) di Provinsi Our Lady of Good Councel, Saint Louis tahun 1977 dan mengucapkan kaul pertamanya tahun 1978 dan kaul kekalnya pada tahun 1981.

Menempuh pendidikan di Seminari Menengah Ordo Augustinus dan belajar Matematik sampai Sarjana di Universitas Villanova di Pennsylvania. Belajar Teologi di Catholic Theological Union of Chicago, Illionis, Amerika Serikat, Studi lanjut dalam bidang Hukum Kanonik di Pontificia Studiorum Universitas a Sancto Thomas Aquinate in Urbe, Roma, ditahbiskan sebagai Imam Katolik pada tanggal 19 Juni 1982 dan bergabung dalam Ordo Santo Augustinus (OSA).

Paus Leo XIV sebelumnya adalah seorang prelatus Gereja Katolik yang menjabat sebagai Prefek Dikasteri untuk Uskup dan Presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin yang diangkat oleh Paus Fransiscus pada tanggal 30 Januria 2023. Sebelumnya Beliau menjabat sebagai Uskup Chiclayo di Peru dari 2015 hingga 2023.

Paus bekerja di Peru sebagai Imam dari tahun 1985 hingga 1986 dan dari tahun 1988 hingga 1998 sebagai pastor paroki, pejabat keuskupan, guru seminari dan administrator. Pater Robert Francis Prevost menjadi pemimpin ordo Santo Augustinus dengan berkantor di kantor pusatnya di Roma dari tahun 2001 hingga 2013.

Dalam pidato pertamanya dari Balkon Basilika Santo Petrus ada beberapa hal yang kiranya bisa dibaca sebagai garis pelayanan kepemimpinan yang akan dilakukan oleh Beliau kedepannya.

Paus mengawali dengan menyampaikan Salam pertamanya kepada umat yang berkumpul di lapangan Santo Petrus dan kepada dunia: “Damai sejahtera bagi kalian! Saudara-saudari terkasih, ini adalah salam pertama dari Kristus yang bangkit, gembala yang baik yang menyerahkan nyawa-Nya bagi kawanan domba Allah. Saya juga ingin salam damai ini masuk ke dalam hati kalian, menjangkau keluarga kalian dan semua orang, di mana pun mereka berada; dan semua orang, dan seluruh bumi: Damai sejahtera bagi kalian”.

Perdamaian adalah misi yang akan terus dikirim kepada dunia, melepaskan belenggu yang dapat dan selalu menghambat terciptanya perdamaian, memperkuat dan mengembangkan Kasih Persaudaraan yang luas kepada semua orang tanpa syarat.

Semangat Paus Fransiscus akan diteruskan dan karenanya Paus Leo XIV dalam pidatonya berterima kasih kepada Paus Fransiscus pendahulunya: “Marilah kita dengarkan suara Paus Fransiskus yang lemah namun selalu berani, yang memberkati Roma-Paus yang memberkati Roma dan dunia pada pagi Paskah. Izinkan saya untuk meneruskan berkat yang sama.

Tuhan mengasihi kita, kita semua, kejahatan tidak akan menang. Kita semua berada di tangan Tuhan. Tanpa rasa takut, bersatu, bergandengan tangan dengan Tuhan dan di antara kita sendiri, kita akan maju. Anda membantu kami membangun jembatan dengan dialog dan perjumpaan sehingga kita semua dapat menjadi satu umat yang selalu dalam damai.Terima kasih Paus Fransiskus!”.

“Kita harus bersama-sama mencari cara untuk menjadi Gereja misionaris, membangun jembatan, dialog, selalu terbuka untuk menerima dengan tangan terbuka bagi semua orang, seperti alun-alun ini, terbuka bagi semua orang, bagi semua yang membutuhkan kasih kita, kehadiran kita, dialog, kasih”. “Bagi semua saudara dan saudari di Roma, Italia, dan seluruh dunia, kami ingin menjadi Gereja sinode, yang berjalan dan selalu mencari kedamaian, kasih, kedekatan, khususnya bagi mereka yang menderita”.

//Paus Leo XIV dan Indonesia
Ketika Paus Leo XIV masih menjadi Prior/Pemimpin Ordo Santo Augustinus (OSA) di Roma, Beliau sudah pernah mengunjungi Indonesia dan menginjakkan kakinya di Kota Sorong, Papua Barat tepatnya pada tahun 2003. Kedatangan Beliau pada saat itu untuk mengunjungi Keuskupan Manokwari di mana komunitas OSA telah berkarya 50 tahun di Tanah Papua, baik dalam bidang pendidikan maupun karya-karya karitatif dan kemanusiaan lainnya. Kita berdoa agar pada waktunya, Paus Leo XIV dapat mengunjungi Indonesia. (sumber: kemenag.go.id dengan judul Servus Servorum Dei)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan