Bebek Datang Membawa Daun Bawang di Punggungnya
--
CERPEN Marhaen Wijayanto
JIKA dibanding ketika masih bersama ayah, suara bunda saat menyanyi semakin merdu saja. Jika dulu hanya sekadar karaoke lagu Gelas-Gelas Kaca, sekarang ia berani mengunggah video saat menyanyi lagu Asmalibrasi.
Jika dulu bunda berdendang hanya menggunakan daster atau kebaya saat ada orang hajatan, sekarang beliau sudah menggunakan kostum panggung yang sembari diiringi penari latar.
Meski keberadaan beliau sebagai artis karena disokong partai politik, tetap saja kehadirannya di berbagai arena organ tunggal atau pesta warga selalu saja dinanti. Semakin emas kualitas suara bunda membuat di manapun akan dibicarakan oleh khalayak. Dialah politikus wanita yang sedang naik daun karena kemampuan olah nada dan merangkul orang-orang kecil.
Indah kabar dari rupa, lebih indah rupa dari kabar. Pada kenyataannya memang demikian. Sekarang bunda tidak hanya terlihat semakin cantik, tapi di depan mata memang lebih memesona dari kabar burung. Tak hanya cantik di poster, tetapi paras bunda lebih indah di depan mata. Letak posisi beliau sebagai dewan terpilih adalah bukti bunda dapat diterima oleh masyarakat.
Banyak yang menilai kecantikan bunda sekarang tidak hanya di wajah, melainkan juga pada akhlak. Cantik tak menjamin, budi pekerti yang membingkai. Sering kali beliau menolong orang tak bertempat tinggal dan tak bisa makan.
Bunda bagai kembang yang tengah berada di taman. Seseorang yang benar-benar menarik perhatian karena keindahannya. Laut mana yang tak akan berombak, orang mana yang tak menarik hati. Saat ini bunda memiliki daya tarik lebih dibanding hidup bersama ayah.
Beda bunda, beda pula dengan ayah dan kakek. Kedua lelaki itu masih saja berdiskusi tentang perang di Palestina dan kejadian-kejadian di Gazza. Katanya penduduk korban perang di Pelestina akan dipindahkan ke Indonesia. Apalagi yang meminta adalah tokoh seperti Donald Trumb. Tapi entah, beberapa hari ini ayah sepertinya kurang bersemangat. Topik diskusi sekarang erat hubungannya dengan “negara gelap, kabur saja dulu, dan efisiensi.”
Ayah berharap tunjangan kinerjanya tak dipotong. Negara sedang gencar-gencarnya meteriakkan istilah efisiensi. Istilah “mengencangkan ikat pinggang.” Ikut hati mati, ikut rasa binasa, dan ikut mata lelah. Jika uang yang ada di kantong ayah tak dihemat, maka celakalah keuangan kami di kemudian hari.
Kakek sekali lagi melirik ke arah ayah. Tampaknya sekrup dan obeng mesin yang ditangannya seketika berubah menjadi toya, trisula, atau pedang.