Tantangan Guru dalam Implementasi Pembelajaran Mendalam

--

Oleh  Al-Mahfud
Aktivis Paradigma Institute

Di era media sosial sekarang, mudah melihat berbagai konten yang memperlihatkan kondisi dan kemampuan anak-anak dari berbagai belahan dunia. Dalam video-video di berbagai platform, ketika melihat anak-anak di negara-negara maju, penulis kerap berpikir betapa mereka sudah mampu berbicara dan berargumentasi dengan baik, bahkan sampai level berpikir kritis di usia sekolah dasar.

Sedangkan, di negara kita, anak-anak usia sekolah dasar cenderung masih berbicara sekadarnya. Ketika diajak bicara, kebanyakan mereka hanya menjawab dengan kata-kata yang pendek dan cenderung pasif. Keberanian berpendapat dan berargumentasi adalah bekal penting bagi anak di masa depan. Berpikir kritis, kreatif, dan komunikasi adalah beberapa keterampilan penting yang dibutuhkan pada Abad 21.

Sayangnya, kebiasaan berargumentasi nampaknya belum terlihat di kalangan anak-anak atau siswa Indonesia. Selain keterbatasan literasi dan kosa-kata yang dipengaruhi minimnya minat membaca, keberanian bertanya dan berargumentasi nampaknya juga masih belum menjadi kebiasaan.

Minat baca yang minim ditambah kurangnya kebiasaan berdiskusi menjadi faktor penyebab anak-anak Indonesia masih belum dapat berbicara secara lebih argumentatif. Hal tersebut salah satunya tergambar dari skor PISA siswa Indonesia dari tahun 2000 hingga 2022 yang belum memperlihatkan peningkatan signifikan. Bahkan, di kawasan ASEAN sekalipun, skor PISA siswa Indonesia masih di bawah Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Brunei. Skor PISA memberi gambaran rendahnya kemampuan siswa Indonesia di bidang matematika, sains, dan literasi (membaca).

Pembelajaran di sekolah masih belum bisa menanamkan kebiasaan berpikir kritis lewat kebiasaan membaca, bertanya, berargumentasi, dan berdisusi. Bahkan, mungkin masih ada anggapan bahwa siswa yang bertanya kepada guru setelah materi dijelaskan dianggap tak memperhatikan atau bodoh. Cara pandang seperti ini jelas merupakan kekeliruan mendasar yang harus diperbaiki dalam pendidikan kita.

Bertanya dan berargumentasi adalah indikator mendasar bahwa siswa tertarik, berpikir, dan menaruh minat tentang apa yang sedang dipelajarinya. Dari rasa ketertarikan ini siswa belajar menganalisis dan berargumentasi serta mengkomunikasikan kepada orang lain. Dari sanalah, pemikiran kritis itu tumbuh, diasah, dan berkembang.

Melihat kemampuan siswa Indonesia tersebut, sangat penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan agar anak-anak Indonesia tidak semakin jauh tertinggal dari anak-anak dari negara lain di usia yang sama.

//Deep Learning
Berkaitan dengan persoalan tersebut, menarik membahas mengenai Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) yang ditekankan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti. Dalam seminar bertajuk "Implementasi Deep Learning dalam Rangka Mewujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua" (17/2/2025), Menteri Mu ti menyampaikan pemikiran terkait konsep deep learning sebagai pendekatan pembelajaran yang penting diimplementasikan.

"Deep learning bukan sekadar menghafal atau mengerjakan soal-soal ujian, tetapi bagaimana siswa memahami konsep secara menyeluruh, mengaitkannya dengan disiplin ilmu dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata," kata Abdul Mu ti. Melalui pendekatan deep learning, diharapkan pendidikan di Indonesia dapat semakin maju, adaptif terhadap perkembangan zaman, dan mampu melahirkan generasi yang memiliki daya pikir kritis serta kemampuan pemecahan masalah yang lebih baik (Siaran Pers Kemendikdasmen Nomor: 74/sipers/A6/II/2025).

Dipaparkan dalam Naskah Akademik Pembelajaran Mendalam (Kemendikdasmen: 2025), bahwa prinsip deep learning terdiri atas berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful). Berkesadaran artinya pembelajaran tak sekadar melibatkan pemahaman informasi, tapi lebih jauh bagaimana individu terlibat sepenuhnya secara mental dan fisik dalam proses pembelajaran, membuka diri terhadap pengalaman baru, dan berpikir dengan cara yang lebih terbuka dan fleksibel.

Kemudian pembelajaran bermakna adalah ketika peserta didik dapat mengaitkan informasi baru dengan pengetahuannya yang pada akhirnya membentuk pemahaman mendalam pada sebuah konsep. Adapun pembelajaran yang menggembirakan fokus pada emosi yang positif yang berhubungan dengan proses pembelajaran, termasuk di dalamnya mencakup rasa ingin tahu, semangat, dan motivasi.

//Tantangan
Jika kita cermati, konsep Pembelajaran Mendalam bukan hal yang baru dalam sistem pendidikan di Indonesia. Sebelumnya, kita mengenal Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM), Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM), dan seterusnya. Semua menghadapi berbagai kendala ketika diimplementasikan, sehingga belum optimal meningkatkan hasil belajar siswa sesuai yang diharapkan.

Guru belum siap mengimplementasikan, keterbatasan waktu, kesulitan menghadapi karakteristik setiap individu siswa, hingga sarana prasarana yang terbatas, merupakan beberapa kendala yang muncul ketika mengimplementasikan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada siswa. Kendala-kendala ini juga mesti bisa diatasi demi kesuksesan implementasikan pendekatan Deep Learning.

Peran guru dalam implementasi PM adalah sebagai aktivator, pembangun budaya, dan kolaborator. Artinya, guru harus membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan, menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, bahkan mendorong kemandirian belajar siswa, serta aktif memberi respon terhadap setiap proses dan hasil belajar siswa (Kemendikdasmen: 2025). Jadi, kesiapan guru dalam mengimplementasikan pendekatan Deep Learning harus dipastikan lewat berbagai pelatihan agar benar-benar berkompeten dalam menjalankan peran tersebut.

Pembelajaran Mendalam akan berjalan dengan baik ketika didasari adanya ketertarikan dan minat dari siswa. Tanpa ketertarikan, sulit mencapai prinsip-prinsip berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful). Minat dan ketertarikan inilah yang akan menyalakan motivasi intrinsik siswa, sehingga antusiasme belajar terjaga dan tidak mudah bosan dan menyerah dalam mendalami suatu hal. Maka, identifikasi minat dan bakat siswa juga menjadi poin penting yang harus diperhatikan untuk menunjuang implementasi Deep Learning.

Di samping itu, agar materi dan nilai yang didapatkan siswa di sekolah lewat pendekatan Deep Learning dapat menyatu dengan kehidupan di keluarga dan lingkungan sosial, perlu dibangun hubungan sinergis antara sekolah, orang tua, dan masyarakat. Di sinilah pentingnya sinergi semua pemangku kepentingan untuk mendukung implementasi pendekatan Pembelajaran Mendalam.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan