Motif Dramaturgi dan Sastra dalam Naskah Drama

--

Oleh Mohammad Arfani
Penulis dan Pengajar di Palembang

Pada dasarnya dramaturgi adalah kaidah konfensional yang membahas masalah hukum-hukum drama tentang apapun yang berhubungan didalamnya. Konsep dramatik sebagai metode untuk memahami fungsi sosial dari bahasa dan drama sebagai pentas simbolik kata dan kehidupan sosial yang memberikan tujuan untuk memberikan penjelasan logis dalam memahami motif tindakan manusia.

Dalam dramaturgi juga memperlihatkan bahasa sebagai model tindakan simbolik tanpa mengenyapingkan pengetahuan dalam pandangannya bahwa hidup itu sendiri adalah drama.

Dramaturgi adalah ajaran tentang masalah hukum, dan kovensi atau persetujuan drama. Istilah dramaturgi kental dengan pengaruh drama atau teater atau pertunjukan fiksi diatas panggung dimana seorang aktor memainkan karakter manusia- manusia yang lain sehingga penonton dapat memperoleh gambaran kehidupan dari tokoh tersebut dan mampu mengikuti alur cerita dari   drama yang disajikan. Meski benar, dramaturgi juga digunakan dalam istilah teater namun term dan karakteristiknya berbeda dengan dramaturgi yang akan kita pelajari.

Pengertian tentang drama yang dikenal selama ini, misal nya dengan menyebutkan bahwa drama adalah cerita atau tiruan perilaku manusia yang dipentaskan tidaklah salah. Hal ini disebabkan jika ditinjau dari kata drama itu sendiri, pengertian drama di atas dianggap tepat. Kata drama berasal dari kata Yunani draomai (Harymawan, 1988:1) yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi, dan sebagainya.

Jadi drama berarti perbuatan atau tindakan melainkan seni yang melukiskan sifat dan sikap manusia dan harus melahirkan kehendak manusia dengan aksi dan prilaku hidup yang dilukiskan dengan gerak. Maka drama adalah menyaksikan kehidupan manusia yang diekspresikan secara langsung yang secara eksplisit dapat disimpulkan sebagai salah satu genre sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan tujuan untuk dipentaskan sebagai suatu seni pertunjukan.

Perlu diingat, dramatugis mempelajari konteks dari perilaku manusia dalam mencapai tujuannya dan bukan untuk mempelajari hasil dari perilakunya tersebut. Dramaturgi memahami bahwa dalam interaksi antar manusia ada perilaku yang disetujui yang dapat mengantarkan kepada tujuan akhir dari maksud interaksi sosial tersebut.

Bermain peran merupakan salah satu alat yang dapat mengacu kepada tercapainya kesepakatan tersebut. Bukti nyata bahwa terjadi permainan peran dalam kehidupan manusia dapat dilihat pada masyarakat kita sendiri. Manusia menciptakan sebuah mekanisme tersendiri, di mana dengan permainan peran tersebut ia bisa tampil sebagai sosok-sosok tertentu.

Teori dramaturgi menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah- ubah tergantung dari interaksi dengan orang lain.

Di sinilah dramaturgis masuk, bagaimana kita menguasai interaksi tersebut. Dalam dramaturgis, interaksi sosial dimaknai sama dengan pertunjukan teater. Manusia adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui ‘pertunjukan dramanya sendiri’.

Dalam mencapai tujuannya tersebut, menurut konsep dramaturgis, manusia akan mengembangkan perilaku-perilaku yang mendukung perannya tersebut. Selayaknya pertunjukan drama, seorang aktor drama kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan. Kelengkapan ini antara lain memperhitungkan setting, kostum, penggunakan dialog dan tindakan non verbal lain, hal ini tentunya bertujuan untuk meninggalkan kesan yang baik pada lawan interaksi dan memuluskan jalan mencapai tujuan.

Saat itu kita berusaha untuk memainkan peran kita sebaik-baiknya agar penonton memahami tujuan dari perilaku kita. Perilaku kita dibatasi oleh oleh konsep- konsep drama yang bertujuan untuk membuat drama yang berhasil.

Konsep dramaturgis dan permainan peran yang dilakukan oleh manusia, terciptalah suasana-suasana dan kondisi interaksi yang kemudian memberikan makna tersendiri. Munculnya pemaknaan ini sangat tergantung pada latar belakang sosial masyarakat itu sendiri. Terbentuklah kemudian masyarakat yang mampu beradaptasi dengan berbagai suasana dan corak kehidupan.

Masyarakat yang tinggal dalam komunitas heterogen perkotaan, menciptakan   panggung-panggung sendiri yang membuatnya bisa tampil sebagai komunitas yang bisa bertahan hidup dengan keheterogenannya. Begitu juga dengan masyarakat homogen pedesaan, menciptakan panggung-panggung sendiri melalui interaksinya, yang terkadang justru membentuk proteksi sendiri dengan komunitas lainnya.

Apa yang dilakukan masyarakat melalui konsep permainan peran adalah realitas yang terjadi secara alamiah dan berkembang sesuai perubahan yang berlangsung dalam diri mereka dan dituangkan dalam bentuk teks drama yang kemudian berpeluang untuk dipentaskan ataupun dibaca untk dinikmati dan diapresiasi.

Pada konteks pengertian  naskah drama itu sendiri adalah suatu cerita drama dalam bentuk antawacana atau dialog antar pelaku yang pada dasarnya naskah drama adalah teks yang membantu pemain, sutradara, ataupun pembaca dalam menafsirkan dan memahami teks hingga dapat diberikan juga batasan bahwa naskah drama dapat menjadi bagian dari salah satu jenis karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog yang didasarkan atas konflik batin dan kemungkinan untuk dibaca atau dipentaskan karena bersifat dialog-dialog dan yang isinya membentangkan sebuah alur pada pembaca yang membaca naskah drama tanpa menyaksikan pementasannya.

Jika kita dihadapkan dengan istilah naskah drama, maka kita juga dihadapkan pada pengertian drama sebagai proyeksi dari naskah drama dengan berpedoman pada kaidah-kaidah sastra yang dipandang sebagai dunia tersendiri, untuk mencari makna yang tepat. Dalam suatu karya sastra harus ditemukan dalam karya itu, bukan melalui disiplin lain yang dihapkan pada karya untuk mengharap maknanya.

Pengertian struktur pada pokoknya berarti, bahwa sebuah karya atau peristiwa yang    menjadi    suatu keseluruhan karena ada relasi timbal balik antara bagian-bagiannya dan antara bagian keseluruhan, dan pada pengertiannya struktural dapat dipergunakan sebagai cara untuk melihat hubungan-hubungan isi dalam sebuah karya sastra seperti novel, cerpen, puisi, dan teks drama atau naskah drama.

Salah satu ciri yang membedakan naskah drama dengan karya sastra lainnya adalah pembagian babak dan adegan. Babak merupakan bagian dari naskah drama yang menerangkan semua peristiwa yang terjadi di suatu tempat, pada urutan waktu tertentu atau kesatuan peristiwa yang terjadi pada suatu tempat dalam peristiwanya.

Kesan dan kesadaran dalam lingkup naskah drama adalah sangatlah khusus, karena dalam naskah drama itu sendiri merupakan cuplikan peristiwa manusia yang diberi keterangan aksi dari suatu perasaan mendasari dari kisah dari manusia-manusia yang ada di dalamnya.

Motif dramaturgi kepenulisan naskah drama dipilih atas dasar keseleraan penulis dari berbagai sumber yang didapati, dari berbagai kejadian yang ditemui, dari berbagai bacaan dan pustaka yang dipelajari, dan sugesti psikologi manusia itu sendiri. Motif dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber diantaranya adalah pada hal yang dijelaskan sebagai bentuk dari manusia cenderung berusaha untuk dikenal dengan memperoleh pengalaman, ketenangan, kedudukan, dan sebagainya.

Kemudian situasi yang dilingkupi manusia yang berupa keadaan fisik dan sosialnya dalam interaksi sosial yang ditimbulkan akibat   hubungan dengan manusia itu sendiri yang ditentukan oleh keadaan intelektual, emosional, ekspresif, dan sosiokultural.

Adapun tujuan seni pertunjukan khususnya teater dalam materi naskah drama itu sendiri yang menyodorkan segala bentuk informasi, data faktual tentang manusi dan kemanusiann serta analisis kritis kepada bentuk kehidupan kemanusiaan itu sendiri. Sampaimenjadi sumber materi walau belum dalam mencapai bentuk yang komperhensif, tetapi setidaknya dapat dipakai sebagai titik tolak dalam pembelajaran dan interpretasi naskah drama lebih lanjut yang nantinya menjadi kehidupan lain dalam bentuk tontonan.**

Sebuah esai yang saya persembahkan kepada Bapak Agus Djoko Purwadi, M.Pd (Alm).

Palembang, 22 Desember 2024

Tag
Share