Menyongsong Kurikulum Deep Learning
Rudiyanto, S.Pd.,Gr Guru Pendidikan Agama Islam SD Negeri 9 Airgegas, Kabupaten Bangka Selatan-Dok Pribadi-
MENTERI Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti menyampaikan keinginannya terkait dengan implementasi kurikulum deep learning pada tiap-tiap satuan pendidikan dalam rapat kerja bersama komisi X DPR RI pada hari Rabu, 6 November tahun 2024 di Kompleks Parlemen, Senayan.
Mengutip pernyataan Abdul Mu’ti “Jadi, nanti arah pembelajaran yang akan saya terapkan kedepan adalah deep leraning” ungkapnya. Kemudian ia juga menambahkan bahwa pikiran tentang kurikulum deep learning ini diperoleh dari pengalamannya semasa mengenyam pendidikan di Universitas Flinders, Australia pada tahun 1995.
Berkat pengalamannya inilah kemudian ia mendapatkan inspirasi untuk mengimplementasikan kurikulum deep learning pada tiap-tiap satuan pendidikan di Indonesia. Implementasi kurikulum deep learning memiliki 3 pilar utama, yakni mind full learning, meaningfull learning, dan joyful learning.
Lalu bagaimana sebetulnya konsep dari kurikulum deep learning tersebut?
Berdasarkan berbagai literatur, menurut hemat penulis kurikulum deep learning adalah bagaimana seorang pendidik dapat menghadirkan proses pembelajaran yang relevan dan bermakna, mendorong keterampilan kritis peserta didik serta menyenangkan. Secara rinci, penulis dapat menyimpulkan konsep implementasi kurikulum deep learning pada tiap-tiap satuan pendidikan, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Mind full learning
Artinya pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik siswa dan kebutuhan individu. Dalam implementasinya pada sebuah proses pembelajaran, konsep mind full learning ini adalah bagaimana seorang pendidik dapat menghargai keunikan atau karakteristik dan keterlibatan peserta didik yang bertujuan untuk memberikan ruang bagi peserta didik untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
Contoh konkretnya adalah ketika seorang pendidik mengadakan asesmen awal sebelum memulai proses pembelajaran untuk mengetahui gaya belajar peserta didik. Setelah adanya asesmen awal terkait gaya belajar peserta didik tersebut, maka pendidik akan lebih mudah melaksanakan proses pembelajaran dengan menyesuaikan gaya belajar dan perbedaan individual tiap-tiap peserta didik. Sehingga proses pembelajaran pun akan berjalan dengan interaktif dan optimal