Baca Koran babelpos Online - Babelpos

Filosofi Puasa Ramadan Mubarak

Mujiburrahman-Dok Pribadi-

Dalam kaitan ini, Para ulama sering memberi perumpamaan bahwa bulan Rajab merupakan bulan menanam berbagai jenis tanaman (padi, sayuran, dll), bulan Syakban adalah bulan merawat dan menyiramnya, dan bulan Ramadan adalah bulan memetik atau memanennya.

 

Agar tidak gagal panen atau ibadah puasa kita diterima dan mendapat pahala disisi Allah Swt maka kita harus memperhatikan tiga hal yang memiliki keterkaitan erat dalam ibadah puasa Ramadan, yaitu akidah, syariah dan akhlak. Ketiga aspek ini akan menentukan apakah ibadah kita akan diterima atau sebalikanya tidak diterima oleh Allah Swt.

 

Pertama, ditinjau dari aspek akidah, maka puasa dan ibadah-ibadah yang lain tidak akan diterima Allah Swt bagi mereka yang dalam hati, pikiran dan perbuatannya mengandung syirik kepada Allah Swt. Pelaku syirik kecil sekalipun juga menggugurkan nilai pahala puasa, seperti orang yang berpuasa karena ria untuk mendapat sanjungan dan pujian dari manusia, bukan berpuasa karena memenuhi perintah Allah secara ikhlas. Allah secara tegas mengingatkan hamba-Nya akan hal ini melalui firman-Nya:"Barang siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Rabb-Nya maka amalkanlah amalan kebaikan dan jangan mempersekutukan Rabb-nya dengan sesuatu apa pun” (QS. Al Kahfi: 110).

 

Kedua, diperlukan ilmu dalam melaksanakan amal ibadah kepada Allah. Seorang hamba yang beribadah puasa Ramadan, tetapi tidak memiliki dasar keilmuan sebagaimana diajarkan oleh baginda Rasululah Saw maka ibadah puasa tersebut tidak diterima oleh Allah Swt. 

 

Agar ibadah Puasa ramadan yang kita kerjakan diterima Allah, maka belajarlah dan pelajarilan tuntunan. Rasul dalam berpuasa di bulan ramadhan (dimensi Syariah). Dalam Qur'an, surst Al-Furqan Allah mengatakan bahwa:” Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.”

 

Sementara itu ada juga ungkapan bahwa barangsiapa beramal dengan sesuatu amalan yang tidak datangnya daripada perkara atau urusanku maka ditolak. Dalam konteks ini, Umar bin ‘Abdul ‘Aziz juga pernah berkata: “Siapa yang beribadah kepada Allah tanpa didasari ilmu, maka kerusakan yang ia perbuat lebih banyak daripada maslahat yang diperoleh.” (Majmu’ Al Fatawa karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 2: 282).

 

Semua pesan ini mengandaikan bahwa ilmu pengetahuan menjadi hal yang sangat penting dalam melaksanakan perintah Allah.

 

Ketiga, ditinjau dari dimensi akhlak, puasa Ramadan tidak diterima dan gugur pahala puasanya karena tidak memiliki hubungan dan etika sosial yang baik dengan manusia. Setiap penceramah di bulan Ramadan akan sering mengutip Hadits yang mengatakan bahwa betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan sesuatu dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga” (HR An-Nasa’i).

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan