Baca Koran babelpos Online - Babelpos

Ngenjungak dan Mendongeng

--

Bahasa adalah sistem konvensional. Artinya, kata menjadi bermakna karena ada kesepakatan. Jika kata ngenjungak dipahami sebagai aktivitas menceritakan kisah satir, kocak, atau bahkan jenaka secara naratif dalam komunitas pengguna Facebook atau masyarakat Belitung modern, ia sah untuk dijadikan padanan istilah dongeng dalam konteks lokal kekinian. Apalagi jika dongeng dipahami bukan dalam pengertian tradisional semata, melainkan sebagai cerita rekaan yang disampaikan dengan gaya khas untuk hiburan, sindiran, atau refleksi sosial. 

 

Tentu kita tidak bisa serta-merta menggantikan istilah dongeng secara nasional dengan ngenjungak. Akan tetapi, sebagai bentuk khas lokal, istilah ini menyimpan potensi besar. Ia bukan hanya nama kegiatan, melainkan juga jejak budaya digital yang hidup, dinamis, dan lucu dengan cara yang cerdas. Dalam dunia yang semakin homogen, munculnya istilah seperti ngenjungak adalah pengingat bahwa kreativitas berbahasa masih terus berlangsung, bahkan di ruang-ruang daring yang sering dianggap remeh.

 

Saya percaya bahwa ngenjungak bisa menjadi alternatif segar untuk menyebut bentuk dongeng modern yang tidak lagi dibacakan dengan suara lembut di tikar malam hari, tetapi diketik dengan gaya jenaka di layar ponsel, lalu ditertawakan bersama oleh ribuan orang yang merasa terwakili. Bukankah itu juga esensi dongeng sejak awal? Cerita yang dikisahkan, disimak, lalu ditanggapi dengan tawa, dengan sindiran, atau dengan perenungan.**

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan