Baca Koran babelpos Online - Babelpos

Dari Siamang Sampai Timah Panas

Akhmad Elvian-screnshot-

Oleh: Dato’Akhmad Elvian, DPMP

Sejarawan dan Budayawan Bangka Belitung

Penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia

 

TIMAH dikenal dengan nama Latin Stannum dan Sn merupakan simbol unsur kimia dari Timah. 

------------

DALAM bahasa lain Timah disebut juga dengan sebutan Pahang. Mineral Timah telah ditemukan dan dieksplorasi di Pulau Bangka walaupun dalam jumlah terbatas sebagai campuran pembuatan peralatan Perunggu (zaman Perunggu) pada awal awal abad Satu Sebelum Masehi, sesuai dengan sumber tulisan pada kitab kesusasteraan India Milindapanca yang menyebut nama pulau dengan Vangkadwipa atau Wangkadwipa yang berarti Pulau Timah. 

Zaman perunggu dikenal bangsa Indonesia dari masuknya pengaruh kebudayaan Dongson dari daerah Tonkin Cina. Masuknya kebudayaan Dongson dan kemudian menyebar ke Asia Tenggara termasuk ke Indonesia, menunjukkan dengan jelas, bahwa telah terjadi hubungan yang erat antara pulau Bangka dengan daratan Asia. Menurut Prof. Soekmono, pembawa kebudayaan Dongson adalah sebangsa dengan pembawa kebudayaan Kapak Persegi pada masa neolithikum (zaman batu muda) yaitu bangsa Austronesia, mereka merupakan nenek moyang bangsa Indonesia yang datang pada gelombang Kedua sekitar Tahun 500 Sebelum Masehi.  

Sejak Timah dikenal di Pulau Bangka, artefak tentang Timah diketahui dari Terak atau sisa bekas pembakaran atau peleburan Timah (abad 5 Masehi),  artefak lainnya seperti Pitis Timah atau uang berbahan utama Timah maupun uang hasil campuran Timah dalam pembuatan Uang Perak dan Uang Emas di China, untuk bahan upacara persembahyangan yang disebut Kimci atau uang-uangan kertas yang kemudian dibakar, peralatan rumah tangga dan perhiasan yang dikenal dengan Kriya Pewter (kerajinan yang menggunakan campuran logam lunak yang terdiri dari 85 sampai 99 persen Timah, dicampur dengan sekitar 5 sampai 10 persen Antimon, 2 persen Tembaga, Bismut), yang masih berkembang hingga sekarang untuk cindera mata dan cindera hati, selanjutnya artefak berbahan Timah juga ditemukan pada peralatan mata pencaharian hidup (sistem tekhnologi) seperti Ladung Timah yang berfungsi untuk pemberat pancing, jala maupun pukat, pemberat atau bandul Sipet untuk menggaris dan mengukur agar presisi dan akurat, bahan pemukul untuk merapikan jahitan, bahan untuk patri atau soldering, sampai  ke bahan untuk pembuatan peluru yang dikenal dengan istilah Timah Panas. Mineral Timah semakin banyak meninggalkan jejak artefak material kebendaan atau teraga terutama pada masa berkembangnya Revolusi Industri di Eropa sekitar akhir Abad 18 Masehi, bahkan Timah yang dihasilkan dari Kepulauan Bangka Belitung sampai saat ini masih menjadi komoditas tambang yang laku di pasaran dunia. Pengaruh pertambangan Timah di Pulau Bangka juga mewariskan jejak keberadaan kampung kampung dan kota kota utama di Pulau Bangka yang awalnya dibentuk dari pangkal pangkal pengelolaan Timah, keberadaan kulong (teknologi) bekas tambang dan peralatan pertambangan.

Di samping jejak jejak artefak kebendaan, Timah juga mewariskan warisan budaya non fisik atau tak teraga. Dalam kehidupan kita mengenal pribahasa; “Dulu Timah Sekarang Besi”, sebaliknya peribahasa: “Dulu besi sekarang Timah (menunjukkan perubahan derajat atau kedudukan seseorang yang begitu cepat)”, “Bagai mengasah Parang Timah” (berarti mengerjakan pekerjaan yang tidak berfaedah), Payah di Tulang Nyaman di Dulang (menunjukkan beratnya pekerjaan mendulang Timah dan hasilnya kemudian dinikmati begitu cepat di atas Dulang/ dikonsumsi). Kemudian ada pantun nasehat lama dari orang tua tentang Timah: Riuh Kumbang, riuh Madu, Nyari Kembang laki-bini, Men bejuang takut maju, Timah dilimbang diangkut kumpeni”. Selanjutnya satu pantun lama lagi: “Jala rambang berantai Timah, Hendak menebar laut Melaka, Mata rambang hendaklah diubah, Jikalau tidak badan binasa”. Di samping itu terdapat juga penamaan fauna dan flora dengan menggunakan kata Timah seperti nama Ikan Kepala Timah (Aplocheilus panchax) yang hidup di air tawar dan payau, Ikan Timah-Timah atau Ikan Setimah (Trichiurus lepturus) yang hidup di lautan, selanjutnya ada  tumbuhan Titimah Gading (Ilex macrophylla). Ada juga bahasa kiasan seperti Timah Panas dan Uang Timah Panas (Timah Panas dan Uang Panas bermakna Timah membawa hawa panas), Orang Timah (Tinen Soldaten yang menunjukkan orang bekerja di pertimahan sejak terbentuknya perusahaan Timah Belanda Banka Tin Winning Tahun 1913), Main Timah (bisnis illegal pertimahan atau sering disebut dengan perkara gelap), adalagi istilah di pulau Bangka untuk penyelundup Timah disebut dengan Semokel berasal dari kata Smuggler, kemudian ada istilah Timah Kopong atau Timah Ampak (Timah yang kadar Sn di bawah 20 setelah dikopongkan atau diampak oleh dukun kampung atau dukun alam untuk menjaga dan melidungi wilayah atau kawasan agar tidak dirusak oleh tambang Timah), Badan Betimah (berpanu), dan  berbagai istilah pertimahan lainnya. 

Pengertian Uang Timah Panas dan Timah Panas, dalam konteks ini adalah kiasan bahwa uang yang diperoleh dari hasil dari perkara gelap Timah yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, cepat habis dan tidak berkah, berbeda dengan uang dingin yang lebih fleksibel untuk disimpan dan berkah, berbeda antara  Uang Pahang dan Uang Sahang. Pahang adalah nama lain dari Timah, dan Sahang adalah sebutan orang Bangka untuk Lada atau merica. Menurut laporan Residen Hooyer 1931, bahwa Lada memberi banyak uang ketangan penduduk Pulau Bangka. Lada sebagai tanaman rakyat atau smallholding yang paling penting di Bangka, berkat Lada atau Sahang kemakmuran dan kesejahteraanpun meningkat.  Residen Hooyer mengindikasikan kemakmuran rakyat Bangka dengan banyaknya Orang Bangka yang naik haji ke Mekah dari hasil Sahang atau Lada. Selanjutnya ada istilah pajak Timah Tiban dibayarkan sebagai tanda raja kepada sultan Kesultanan Palembang Darussalam. Pajak Tiban yang dibayarkan oleh pribumi Bangka yang sudah menikah setiap tahun berupa Timah seberat 50 kati atau seberat 31,25 kg (satu kati setara dengan 6,25 ons). Sebagai balas jasa pembayaran pajak Timah Tiban, sultan memberikan hadiah berupa selembar/sepotong cukin atau sepotong kain kasar berwarna hitam kepada masing-masing penduduk pulau Bangka. Selanjutnya istilah istilah di bidang pertambangan termasuk tekhnologi pertambangan masih digunakan hingga sekarang, Keberadaan Timah di Pulau Bangka bahkan berpengaruh terhadap Hukum adat (Hukum Adat Sindang Mardika). 

Salahsatu yang unik tentang penanda keberadaan Timah di Pulau Bangka adalah adanya Siamang atau Siameng. Istilah Siamang atau Siameng bukan sejenis monyet atau kera besar yang banyak dijumpai di Pulau Bangka, akan tetapi merujuk pada sejenis pasir berwarna kehitam hitaman penanda adanya Timah. Dalam Semaian 2 Carita Bangka, E.P Wieringa 1990:83 disebutkan:… Syahdan adalah tempat sultan ratu Mahmud Badaruddin di Bangka-Kota tersebut tadi tetapi perahunya Wan Akub bersama-sama saudaranya Wan Sirin dan Wan Sabar belum sampai sebab anyut masuk di dalam sungai Ulin. Maka di situ Wan Akub melihat banyak siamang di pinggir itu sungai, lantas dia orang pikir tentu ada banyak timah sebab dia orang sudah biasa melihat di tanah Johor orang Melayu dan Cina dari hal pekerjaan itu timah. Dengan sebab itu dia orang sudah coba gali di pinggir tebing sungai itu. Maka kebetulan lantas dapat banyak timah. Maka dia ambil sekadarnya buat contoh bawa di dalam perahunya. Kemudian tempoh dia ketemu menghadap sultan Mahmud Badaruddin di Bangka-Kota, lantas dipersembahkannya hal yang dia sudah dapat itu batu timah di sungai Ulin. Maka baginda pun amat sukanya serta baginda pun menyuruhlah Wan Akub memeriksa bagaimana Dia punya pengetahuan amat sukanya lagi di atas itu pekerjaan di mana-mana bersama-sama patih-patih dan batin-batin yang mana dipercayakan oleh baginda sultan buat memeriksa itu dengan hal setengah bersembunyi di mana-mana tiap-tiap sungai dan paya. 

Encek Wan Akub  yakin Tanah di Bangka banyak mengandung Timah karena keadaan tanah di Bangka sama dengan di Johor (Mahmud, 1986;29). Olehsebab itu kemudian pada tahun 1734 datanglah orang orang Melayu ke Pulau Bangka untuk menambang Timah.*** 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan