BMKG memantau hasil dari anomali iklim global di Samudera Pasifik, El Nino sudah mulai menurun pasca memasuki puncaknya pada bulan November.
----------
SEMENTARA, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Climate telah mengonfirmasi bahwa El Nino sudah melemah dalam beberapa bulan terakhir.
Sebagai gantinya, diprediksi fenomena La Nina akan muncul di pertengahan tahun, tepatnya di bulan Juni 2024.
Hal ini membuat WMO (Organisasi Meteorologi Dunia) memberikan ancang-ancang peringatan terkait datangnya badai berbahaya yang disebabkan oleh munculnya La Nina.
WMO juga menyampaikan imbauan untuk masyarakat dunia agar segera bersiap untuk hadapi dampak yang akan ditimbulkan oleh La Nina.
La Nina merupakan salah satu fenomena di mana suhu muka laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya.
BACA JUGA:Babel Hari ini Hujan, Waspada Badai La Nina
Di sisi lain, fenomena tersebut ternyata juga dapat mempengaruhi perubahan pola cuaca global, termasuk Indonesia
Akibatnya, peristiwa itu akan mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah serta meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum.
Adapun, dari fenomena itu akan terjadi peningkatan curah hujan yang disebabkan oleh La Nina yang memicu bencana seperti banjir serta bencana hidrometeorologi lainnya, seperti longsor.
Bencana itu berpotensi timbul di wilayah yang sering menjadi langganan banjir, rendah dan berkurangnya resapan air.
Menurut Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari, PhD menerangkan sejumlah hal yang bisa dilakukan oleh warga dalam mengantisipasi dampak La Nina di Indonesia serta untuk meminimalisir kerugian.
BACA JUGA:Awas! La Nina di Indonesia!
Mengutip situs BNPB, ada sejumlah langkah-langkah jangka pendek yang bisa dilakukan, antara lain: