Banyak tentara menderita gejala keracunan makanan, termasuk diare parah dan suhu tinggi.
“ Diare telah menyebar di kalangan tentara di selatan, di tempat berkumpul, dan kemudian juga di antara tentara yang berperang di Gaza,” kata Tal Brosh, direktur Unit Penyakit Menular di Rumah Sakit Umum Assuta di Ashdod.
“Infeksi bakteri Shigella, penyebab gastroenteritis, telah didiagnosis, dan ini adalah penyakit yang sangat serius yang juga menyebar di kalangan pejuang di Gaza. Infeksi bakteri Shigella terjadi melalui kontak langsung antar individu atau melalui makanan,” tambah Brosh.
“Jika infeksi menyebar di antara 10 tentara di kompi infanteri, dan mereka mengalami demam setelah suhu tubuh mencapai 40 derajat Celcius, dan mereka mulai mengalami diare setiap 20 menit, maka mereka tidak lagi sehat untuk berperang dan mereka membuat diri mereka terkena risiko. kematian,” tambahnya.
Perang Israel di Jalur Gaza yang terkepung dan miskin telah menewaskan lebih dari 15.000 orang, termasuk sedikitnya 8.000 anak-anak.
Pada awal perang, waralaba McDonald's di Israel mengumumkan bahwa mereka telah menyumbangkan ribuan makanan gratis kepada pasukan Israel, sehingga memicu kampanye boikot besar-besaran di dunia Arab.
Waralaba raksasa burger Amerika di Arab Saudi, Oman, Kuwait, Uni Emirat Arab, Yordania, dan Turki mengeluarkan pernyataan yang memisahkan diri dari waralaba Israel dan dalam banyak kasus menjanjikan bantuan ke Gaza.
Jumlah korban tewas kemungkinan akan meningkat drastis karena masih banyak jenazah yang terkubur di bawah reruntuhan bangunan yang hancur.
Rumah sakit dan pusat kesehatan juga tidak luput dari kampanye Israel yang tidak pandang bulu, yang mengakibatkan kehancuran total sistem layanan kesehatan di tengah kehancuran dan pengungsian yang belum pernah terjadi sebelumnya.***