Setelah itu, Thariq menjadi gubernur wilayah Andalusia sebelum akhirnya dipanggil pulang ke Damaskus oleh Khalifah Walid I.
Dalam perjalanan menaklukkan Afrika Utara, Musa bin Nushair dibuat kagum dengan kesungguhan dan keberanian salah seorang pasukannya yang bernama Thariq bin Ziyad.
Melihat keberhasilan Thariq bin Ziyad dalam menaklukkan banyak kota, Musa bin Nushair pun meminta izin pada Khalifah al-Walid bin Abdul Malik.
Musa bin Nushair ingin membebaskan warga Andalusia dari kekejaman Raja Roderick, izin untuk menyeberang pun diterima.
Maka pada tanggal 19 Ramadan 92 Hijriah, Thariq dan 500 pasukan terbaiknya sampai di Andalusia dan menakhlukkannya.
Thariq bin Ziyad dikenal dalam sejarah Spanyol sebagai legenda dengan sebutan Taric el Tuerto.
Pada tanggal 29 April 711, pasukan Thariq mendarat di Gibraltar (nama Gibraltar berasal dari bahasa Arab, Jabal Tariq yang artinya Gunung Thariq).
BACA JUGA:Kisah Nabi Muhammad SAW di Perang Uhud, Tadahi Darah Agar Tak Tumpah ke Bumi
Asal usul Thariq tidak diketahui secara pasti, menurut sejarawan Syauqi Abu Khalil dan dikutip oleh Alwi Alatas.
Ada yang menyebutnya sebagai keturunan dari Bani Hamdan dari Persia, atau dari suku Lakhm atau bangsa Vandal, namun banyak sejarawan yang menganggap dia keturunan dari bangsa Berber.
Menurut Alwi Alatas, Thariq berasal dari keluarga muslim dan sejak kecil telah dididik secara Islam oleh ayahnya pada masa kekuasaan Uqbah bin Nafi' di Ifriqiya.
Thariq bin Ziyad sebenarnya bisa saja mengklaim pembebasan Andalusia sebagai hasil jerih payahnya.
Namun beliau selalu setia pada pemimpin, ridha mengikuti arahan atasan yang juga gurunya, Musa bin Nushair.
Sifat kemanusiaan Thariq bin Ziyad pun sangat terlihat ketika membuka gerbang Spanyol, beliau menyelamatkan banyak yahudi dari pemaksaan rezim.
Penaklukan Andalusia oleh Thariq bin Ziyad memiliki dampak yang signifikan, baik dari segi politik, sosial, maupun budaya.
Penaklukan ini mengakhiri kekuasaan Visigoth dan membuka jalan bagi berdirinya pemerintahan Islam di Andalusia.