Orang-orang berbuat maksiat, minum khamr, membunuh, zina, perbudakan, dan segala perbuatan yang tidak beradab. Sehingga Nabi Muhammad Saw., ketika tiba masa kenabiannya mengatakan bahwa ia datang adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Di masa-masa awal kenabian itu, banyak sekali ajaran tentang karakter / akhlak salah satunya yang turun di Kota Mekkah kepada Nabi Muhammad Saw.
Setelah ayat-ayat tentang karakter/ akhlak, barulah bertahap turun ayat-ayat bertema fiqih dan lain sebagainya. Ajaran tentang karakter/akhlak ini masih sangat relevan dari zaman kenabian Muhammad Saw. Hingga zaman modern sekarang ini untuk kita terapkan dan ajarkan bagi peserta didik.
Kitab Hidayatus Salikhin merupakan sebuah kitab yang ditulis oleh ulama besar Melayu abad ke -18. Hidayatus Salikhin merupakan kitab Tasawuf yang ditulis pada 1778 Masehi. Penulisnya bernama Syekh Abdus Somad al Palimbani. Seorang ulama Melayu yang berkibar namanya di Haramayn. Setiap orang Melayu ke Haramayn belum lengkap keilmuannya apabila belum belajar dengan beliau. Syekh Abdus Somad sempat pulang ke Nusantara untuk berdakwah bersama ketiga sahabatnya sesama Bani Jawi.
Mereka membentuk kumpulan perserikatan orang yang berasal dari Nusantara belajar di Haramayn. Syekh Abdus Somad al Palimbani lahir di masa kejayaan Kesultanan Palembang Darussalam yaitu 1737 Masehi di keraton Kuto Cerancangan.
Pada abad ke -17 hingga 18 Masehi, Kesultanan Palembang Darussalam mencapai puncak kejayaan. Menjadi salah satu tempat kajian Islam terbesar di Nusantara. Setelah Aceh mengalami kemunduran abad 17 Masehi, Palembang mengambil alih sebagai pusat kajian berkisar tahun 1750-1820 Masehi. Lalu berpindah ke Banjarmasin dan Padang secara bergiliran.
Dalam Kitab Hidayatus Salikhin ini, terdapat nilai-nilai Budi Pekerti/ akhlak yang dibahas Syekh Abdus Somad al Palimbani sejak abad ke -18 untuk pengajarannya, namun tetap relevan dengan problematika pendidikan karakter kontemporer. Menurut Mustofa dalam buku Akhlak Tasawuf (2010), menjelaskan bahwa kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari Khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Lalu menurut Abudin Nata dalam Akhlak Tasawuf (2014), beliau menjelaskkan ciri-ciri akhlak diantaranya; perbuatan yang tertanam kuat menjadi kepribadiannya, perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran, perbuatan yang timbul dalam diri seseorang, perbuatan yang dilakukan secara sesungguhnya/ bukan sandiwara, perbuatan yang dilakuan ikhlas karena Allah Swt semata.
Dalam Hidayatus Salikhin oleh Syekh Abdus Soma al Palimbani mengikuti dari Bidayatul Hidayah mili Imam Al Ghazali, membahas tentang adab / akhlak anak kepada orangtua. Adab terhadap orangtua ini merupakan sebuah problematika pendidikan karakter kontemporer. Kita diperlihatkan dengan kejadian anakk melawan orangtuanya, tidak patuh lagi kepada orangtua. Apalagi jika kita korelasikan dengan guru, maka guru adalah orangtua peserta didik di sekolah. Nilai-nilai budi pekerti yang dijelaskan dalam Hidayatus Salikhin ini relevan dengan fenomena adanya peserta didik yang tidak mendengarkan guru bahkan kasus melaporkan guru ke polisi.
Ada sepuluh hal yang harus dilakukan seorang anak kepada orangtua baik Ibu Bapak maupun gurunya dalam Hidayatus Salikhin, namun penulis hanya akan membahas lima poin saja karena keterbatasan tempat dan waktu.
- Mendengar dan patuh kepada perkataan orangtua.
Seorang anak wajib menuruti kata orangtuanya baik ibu bapak ataupun guru selagi itu tidak melanggar syariat agama. Dalam dunia pendidikan sekkarang, begitu banyak guru sudah diabaikan oleh peserta didik. Hal ini tentu berbeda dengan zaman dahulu ketika penulis menempuh pendidikan.
- Jangan meninggikan suara lebih dari orangtua.