Dokter Spesialis Onkologi Radiasi RS Persahabatan dr Yuki Andrianto mengatakan skrining awal dapat meningkatkan angka kesembuhan serta mengontrol efek samping dari pengobatan kanker.
"Jadi sebenarnya empat kanker terbanyak di Indonesia itu bisa dilakukan screening. Selain melakukan perbaikan pola hidup, kita juga bisa lakukan screening awal. Jadi harapannya adalah bisa kita lakukan terapi lebih bagus, lebih baik, dan juga efek samping pembedahan, serta angka kesembuhan dan angka terkontrolnya akan lebih bagus," kata Yuki dalam siaran akun Instagram Kemenkes "Yang Harus Diketahui Tentang Radioterapi" di Jakarta, Selasa (6/2).
Adapun empat tipe kanker terbanyak di Indonesia yaitu kanker payudara, kanker serviks, kanker paru-paru, dan kanker usus.
Dia menjelaskan pemeriksaan payudara dapat dilakukan sendiri dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menjelaskan langkah-langkahnya melalui laman resminya, antara lain dengan memperhatikan benjolan pada payudara atau mengecek apabila ada cairan yang keluar dari puting.
Yuki menambahkan pemeriksaan payudara juga dapat dilakukan menggunakan mamografi.
"Mamografi pada kasus payudara itu pada usia 35 tahun, atau lebih rendah lagi misalnya 30 tahun kalau misalnya berisiko tinggi," ujarnya.
Kemudian, lanjutnya,, untuk skrining kanker leher rahim perlu dilakukan pap smear bagi orang yang sudah menikah, melakukan hubungan seksual, atau memiliki risiko tinggi, misalnya pada usia 20 tahun.
"Atau yang paling gampang adalah IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat), yang memang bisa dilakukan puskesmas," kata Yuki.
Yuki menambahkan untuk skrining kanker paru bagi yang berisiko, semisal perokok, dapat dilakukan dengan CT Scan dengan dosis rendah.
Adapun pada kanker usus, ujarnya, dapat dilakukan dengan cara mengecek tinja atau feses, seperti melihat bentuknya, konsistensi buang air besar, frekuensi, bahkan memperhatikan apabila ada penurunan berat badan.
Dokter tersebut berpesan untuk tidak khawatir, karena saat ini kanker bisa diobati, bahkan disembuhkan pada tahap pra-kanker atau stadium awal.
"Jadi nggak usah khawatir. Tetap konsultasikan ke dokter-dokter ahli, konsultasikan sakit anda seperti apa, untuk dicarikan terapi yang terbaik," ucapnya. (Ant)