Seseorang dengan berat badan yang mulai bertambah mungkin bisa mencurigai penyebabnya yakni terlalu banyak konsumsi hidangan yang digoreng alias gorengan, menurut dokter spesialis gizi klinik dr Yohan Samudra, SpGK, AIFO-K.
"Pastinya kalau mulai ada penambahan berat badan, maka mungkin gorengannya kebanyakan karena ada karbohidrat juga di gorengan dan ada minyak," kata dia di Jakarta, Kamis.
Yohan yang lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, itu mengatakan kalori dalam minyak lebih tinggi hampir dua kali lipat dibandingkan karbohidrat dan protein.
Satu gram karbohidrat dan protein total kalorinya empat, maka pada minyak total kalorinya sekitar sembilan kalori.
Tak hanya berat badan bertambah, terlalu banyak konsumsi makanan yang digoreng atau mengandung minyak dan lemak juga dapat memunculkan masalah metabolik seperti kolestrol, diabetes dan hipertensi.
Hanya saja, khusus untuk kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL) yang dapat meningkatkan risiko penyakit seperti penyakit jantung, tak ada gejala khusus saat kadarnya meningkat. Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium menjadi langkah yang disarankan untuk mengetahui kadar kolesterol dalam tubuh.
"Enggak ada gejala yang khas untuk kolesterol tinggi. Kalau misalnya LDL tinggi, maka sudah pasti, lemak atau minyak yang jelek yang kebanyakan. HDL atau High Density Lipoprotein banyak maka lemak yang kita konsumsi cukup baik kondisinya atau pilihannya (lemak tak jenuh)," jelas Yohan.
Indonesia merujuk studi yang dipublikasikan Reuters pada tahun 2020 menjadi negara dengan pengonsumsi minyak goreng terbesar. Konsumsi minyak yang tinggi ini, imbuh dia, beriringan dengan masalah kesehatan seperti hipertensi, kolesterol dan asam urat.
Minyak goreng diketahui mengandung lemak jenuh, tak jenuh dan minyak dikatakan sehat apabila mengandung lebih banyak lemak tak jenuh.
Lemak jenuh dalam jumlah banyak dapat meningkatkan LDL yang meningkatkan risiko penyakit seperti penyakit jantung. Oleh karena itu, Yohan mengingatkan orang-orang untuk membatasi lemak jenuh dan sebaliknya, mengonsumsi cukup banyak lemak tak jenuh.(*)