4. Membangun budaya apresiasi dan dukungan emosional
Pemimpin dalam hal ini kepala sekolah memiliki peran utama dalam membangun budaya apresiasi dan memberikan dukungan emosional kepada para guru dan pegawai. Apresiasi dan dukungan emosional tersebut tidak melulu harus berbentuk sebuah materi. Akan tetapi dari hal-hal kecil seperti ucapan terima kasih, pujian dan lain sebagainya.
5. Membangun budaya kejujuran
Lingkungan kerja dalam dunia pendidikan hendaknya senantiasa membangun budaya kejujuran. Kejujuran merupakan kunci utama dalam setiap lini kehidupan. Tanpa kejujuran maka, dunia kerja tidak akan berjalan dengan baik. Dengan senantiasa menjaga kejujuran, maka potensi permasalahan lingkungan kerja yang toxic dapat diminimalisir.
6. Senantiasa tenang dan dapat mengendalikan emosi
Lingkungan kerja yang toxic dapat disebabkan karena ketidakmampuan menjaga emosi dan kendali diri. Oleh karena itu hendaknya para guru senantiasa memiliki jiwa yang tenang dan dapat mengendalikan emosinya.
Dengan senantiasa bersikap tenang dan menjaga emosi, maka potensi permasalahan lingkungan kerja yang toxic dapat diminimalisasi.
7. Senantiasa mengintropeksi diri dan rendah hati
Introspeksi adalah vitamin terbaik untuk diri kita agar kedepannya lebih baik dari hari sebelum-sebelumnya. Tanpa adanya introspeksi, maka diri akan merasa selalu benar dan paling sempurna. Dengan senantiasa mengintrospeksi diri dan rendah hati, maka potensi permasalahan lingkungan kerja yang toxic dapat dicegah
Pada akhirnya, profesi guru adalah profesi yang sangat mulia. Oleh karena itu hendaknya sebagai guru yang digugu dan ditiru hendaknya dapat menjaga marwah dunia pendidikan.