Baca Koran babelpos Online - Babelpos

Patrick Kluivert Dibayang-bayangi STY, Loloskah Indonesia ke Piala Dunia?

Patrick Kluivert dan Shin Tae Yong-screnshot-

MASUKNYA Patrick Kluivert sebagai pelatih timnas Indonesia menuai beragam reaksi, menggantikan Shin Tae-yong (STY) di Kualifikasi Piala Dunia 2026.

-------------

NAMA besar sang legenda Belanda tentu mengundang optimisme, tetapi tak bisa dipungkiri bahwa bayang-bayang keberhasilan STY selama lima tahun terakhir masih terasa kuat.  Shin Tae-yong bukan hanya membawa timnas naik level secara permainan, tetapi juga menanamkan mentalitas baru: penguasaan fisik, disiplin, dan taktik modern. 

Selama masa kepemimpinannya, publik menyaksikan bagaimana transformasi fisik menjadi fokus utama sebelum bicara soal strategi permainan. 

Dari situlah timnas mulai memiliki daya juang dan kebugaran yang tak mudah runtuh.  Sementara itu, Kluivert bersama Gerald Vanenburg yang menangani timnas Indonesia U-23, masih dianggap “seumur jagung” oleh pengamat dan penggemar. 

Mereka belum benar-benar menunjukkan tajinya, apalagi dalam menghadapi tekanan besar menjelang round 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Dalam sebuah diskusi di kanal YouTube Kephamka, mantan pemain nasional Hamka Hamzah dan pengamat sepak bola Akmal Marhali membahas hal ini secara terbuka. 

Akmal menyebut bahwa STY memiliki intensitas tinggi selama lima tahun terakhir.  Itu menjadi pembeda besar jika dibandingkan dengan era Kluivert yang baru saja dimulai.

“Coach Shin Tae-yong sudah 5 tahun, intensitasnya tinggi. Sedangkan Patrick Kluivert dan Gerald Vanenburg ini masih baru. Belum bisa langsung dinilai,” ujar Akmal.

Namun begitu, bukan berarti Kluivert tak punya potensi.  Ia datang dengan CV besar dan pengalaman Eropa. 

Yang menjadi pertanyaan: apakah ia siap menghadapi ekspektasi dan tekanan publik sepak bola Indonesia yang semakin kritis?  Dalam sesi tersebut juga sempat disinggung soal kritik kepada pelatih dan federasi. 

Akmal menegaskan bahwa kritik bukan berarti tidak mendukung. 

“Saya tidak ke mana-mana, tapi ada di mana-mana,” celetuknya, menanggapi komentar soal ketidakhadirannya di ruang publik saat timnas U-23 gagal di ajang internasional.

Baginya, kritik adalah bentuk kecintaan. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan