Baca Koran babelpos Online - Babelpos

Anak-Anak dan Kata-Kata: Menumbuhkan Imajinasi dan Nurani lewat Sastra

Abdul Wachid.-Dok Pribadi-

Untuk itu, perlu langkah strategis dan kolektif agar sastra anak tidak kehilangan tempatnya.

1. Integrasi dalam kurikulum pendidikan dasar. Sastra anak harus hadir tidak hanya dalam pelajaran Bahasa Indonesia, tetapi juga lintas mata pelajaran, karena nilai-nilainya bersifat universal.

 

2. Dukungan nyata bagi penerbit dan penulis. Negara dapat menyediakan dana hibah atau insentif bagi penerbitan karya anak lokal berkualitas.

 

3. Pelatihan dan kolaborasi lintas profesi. Guru, seniman, psikolog, dan pegiat literasi perlu bekerja sama menciptakan ekosistem sastra anak yang adaptif dan relevan.

 

4. Pemanfaatan teknologi secara kreatif. Buku digital, podcast dongeng, atau kanal YouTube edukatif dapat menjadi media baru bagi sastra anak tanpa kehilangan ruhnya.

 

5. Keterlibatan keluarga. Orang tua adalah jembatan utama antara anak dan kata-kata. Membacakan cerita sebelum tidur atau menulis bersama dapat menjadi pengalaman emosional yang tak ternilai.

 

Sebagaimana diungkapkan Peninah Mlama, pakar sastra anak dari Tanzania, “Children’s literature is the foundation for a culturally conscious and socially responsible society.” (UNESCO Speech, 2008). Sastra anak, dengan demikian, adalah fondasi bagi masyarakat yang sadar budaya dan bertanggung jawab secara sosial.

 

//Kata-Kata sebagai Rumah Kemanusiaan

Bangsa akan tumbuh atau runtuh tergantung pada bagaimana anak-anaknya dibesarkan. Dan tidak ada cara yang lebih lembut sekaligus kuat untuk membesarkan anak selain dengan kata-kata: cerita, puisi, dan dongeng yang menghidupkan imajinasi serta nurani mereka.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan