Baca Koran babelpos Online - Babelpos

Menjaga Motivasi Pegawai Pemerintah Ditengah Kebijakan Efisiensi

Andi-Dok Pribadi-

 

Motivasi pada dasarnya merupakan faktor pendorong pada diri seseorang untuk bertindak dan melakukan sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks birokrasi, Frederick Herzberg (1959) melalui Two-Factor Theory (Motivation-Hygiene) membagi motivasi kerja pegawai menjadi dua faktor utama yaitu Faktor Higienis (motivasi ekstrinsik) dan Faktor Motivator (motivasi intrinsik). 

 

Teori tersebut menjelaskan bahwa Faktor Higienis merupakan dorongan dari luar diri pegawai untuk bekerja yang meliputi gaji dan tunjangan, fasilitas kerja, kebijakan organisasi, serta keamanan kerja. Sementara itu, Faktor Motivator merujuk pada segala dorongan yang berasal dari dalam diri seorang pegawai untuk bekerja yang mencakup prestasi, pengakuan, tanggung jawab, dan kesempatan untuk meningkatkan kompetensi. Kedua faktor tersebut berperan sangat penting dalam menentukan sikap dan tindakan pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya.

 

Terpenuhinya Faktor Higienis dan Faktor Motivator bagi pegawai secara akumulatif diyakini mampu meningkatkan motivasi pegawai itu sendiri sehingga lebih produktif yang tentunya dapat mendukung pelayanan publik secara optimal. Namun demikian, kondisi Pegawai Pemerintah di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung saat ini yang dihadapkan dengan situasi pemotongan penghasilan (pengurangan Faktor Higienis / motivasi ekstrinsik) dampak dari efisiensi anggaran merupakan tantangan bagi Kepala Daerah dan Pimpinan OPD dalam mengelola motivasi kerja pegawainya.

 

Kondisi bahwa berkurangnya Faktor Higienis seperti gaji dan tunjangan sebagai pemicu ketidakpuasan yang dapat menurunkan motivasi Pegawai sebenarnya adalah persoalan yang realistis. Pada titik ini menjadi penting bagi Pimpinan Organisasi untuk dapat mengeksplorasi faktor pendorong lainnya dari dalam diri pegawai agar tidak mengalami demotivasi. Situasi ini memperlihatkan pentingnya strategi kompensasi non-finansial dalam gagasan Herzberg tentang Faktor Motivator.

 

Beranjak dari pemikiran Herzberg seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat perbedaan yang cukup mendasar antara Faktor Higienis dan Faktor Motivator bagi seorang Pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya. Jika Faktor Higienis dapat terpicu oleh fasilitas dan finansial, Faktor Motivator justru muncul ketika adanya stimulus yang bersifat psikologis dan non-material.

 

Dalam konteks organisasi publik seperti birokrasi pemerintahan, penerapan Faktor Motivator berarti menciptakan iklim kerja yang memberikan tantangan dan peluang bagi Pegawai untuk menunjukkan kinerja terbaik dengan mengesampingkan sementara Faktor Higienisnya. Misalnya, dengan memberikan tugas yang sifatnya strategis, mengumumkan hasil kerja yang maksimal melalui forum internal secara terbuka, melibatkan Pegawai dalam perumusan kebijakan organisasi, serta memastikan ketersediaan jalur karier dan program pengembangan kompetensi.

 

Melalui strategi tersebut, dapat dipastikan bahwa Pegawai akan merasa bahwa pekerjaan dan lingkungan kerjanya penting, mendapatkan apresiasi, dan memiliki masa depan yang jelas sehingga motivasi kerja Pegawai tetap terjaga dengan baik meskipun terdapat keterbatasan finansial akibat efisiensi. Penerapan strategi ini menjadi penting untuk mengalihkan fokus pegawai dari isu finansial semata menuju orientasi prestasi dan peningkatan kualitas diri.

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan