Baca Koran babelpos Online - Babelpos

Menjaga Ruang Digital sebagai Ladang Damai

Anselmus Dore Woho Atasoge.-Dok Pribadi-

Oleh Anselmus Dore Woho Atasoge 

Staf Pengajar pada Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa Ende

 

Di era digital yang serba cepat, ruang maya telah menjadi medan baru bagi ekspresi dan interaksi eksistensial kemanusiaan kita. Namun, sayangnya medan baru itu tak terbebaskan dari wajah-wajah kekerasan verbal yang semakin nyata dan mengkhawatirkan. 

 

Kekerasan ini muncul dalam berbagai bentuk: komentar kebencian yang merendahkan martabat seseorang, pelecehan anonim yang mengancam privasi, penyebaran fitnah yang mencemarkan nama baik, hingga ejekan berulang yang menimbulkan luka psikologis. Fenomena ini bukan lagi hal yang langka, melainkan telah menyusup ke dalam kehidupan sehari-hari, memperkeruh relasi sosial, dan memperdalam polarisasi di tengah masyarakat.

 

Contohnya bisa kita lihat dalam komentar-komentar di media sosial yang menyerang aktivis perempuan dengan kalimat seperti, “Perempuan kayak kamu pantasnya di dapur, bukan ngomong politik.” Di forum daring, ancaman seperti “Kalau kamu terus bicara soal agama itu, kami akan sebarkan data pribadimu,” menjadi senjata verbal yang menakutkan. 

 

Bahkan di kalangan remaja, penyebaran foto pribadi tanpa izin disertai ejekan menghina telah menjadi bentuk kekerasan yang merusak rasa aman dan harga diri. Trolling dan provokasi emosional juga marak, dengan komentar seperti “Kamu sok bijak, padahal omong kosong semua,” yang sengaja dilemparkan untuk mempermalukan dan memancing kemarahan. 

 

Tak jarang pula muncul ujaran kebencian berbasis agama atau etnis, seperti “Agama kamu itu sumber masalah dunia,” yang memperkeruh suasana dan mengancam perdamaian antarumat beragama.

 

Kekerasan yang kerap kali ‘berbaju agama’ ini menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan. Perbedaan keyakinan menjadi bahan olok-olok, debat teologis berubah menjadi pertengkaran, dan algoritma media sosial memperkuat konten yang memicu kemarahan. Dalam masyarakat plural seperti Indonesia, ini bukan sekadar masalah etika digital. Bagi saya, ini ancaman nyata bagi kohesi sosial dan perdamaian antarumat beragama.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan