Nasyid sebagai Ruang Penyembuhan dan Pendidikan Jiwa
Abdul Wachid-Dok Pribadi-
Buku Nilai Edukatif dan Terapeutik: Menelusuri Urgensi dan Beragam Nasyid menegaskan bahwa dinamika ini memperlihatkan daya tahan tradisi dalam bernegosiasi dengan zaman. Tradisi yang hidup bukan berarti menolak perubahan, tetapi mampu menyesuaikan diri tanpa kehilangan ruh aslinya. Saya sependapat: nasyid memang bukan sekadar warisan budaya, melainkan ruang spiritual yang terus berdenyut, yang membuktikan bahwa musik religius tetap relevan di tengah arus modernitas.
Dimensi Terapeutik Nasyid
Setiap tradisi keagamaan menyimpan daya penyembuhan batin, dan nasyid termasuk salah satunya. Saat mendengarkan lantunan puji-pujian, kita sering merasakan ketenangan yang sulit dijelaskan dengan logika. Nada yang berulang, lirik yang sederhana, serta suasana kebersamaan membuat hati luluh dari kegelisahan. Inilah yang dalam buku Nilai Edukatif dan Terapeutik: Menelusuri Urgensi dan Beragam Nasyid disebut sebagai komunikasi terapeutik, bahwa suara dan kata dapat menjadi sarana penyembuhan.
Saya sendiri kerap merasakan hal itu. Ketika hati sedang resah, suara nasyid dari masjid sekitar rumah terasa menenangkan. Ada semacam afirmasi spiritual bahwa kita tidak sendiri dalam menghadapi hidup. Lantunan puji-pujian membangun suasana kebersamaan yang menenangkan, seakan-akan ada dukungan kolektif dari jamaah dan bahkan dari generasi sebelum kita. Di sinilah fungsi terapeutik nasyid bekerja: ia bukan hanya komunikasi antarindividu, tetapi juga komunikasi spiritual antara manusia dan Tuhan.
Namun, saya juga melihat tantangan. Di era modern, fungsi terapeutik ini kadang tergeser oleh komersialisasi. Nasyid dalam industri musik sering dikemas dengan aransemen modern, bahkan mendekati musik pop. Pertanyaannya, apakah daya penyembuhan spiritual masih bisa bertahan ketika nasyid kehilangan kesederhanaannya? Di sinilah refleksi penting muncul: menjaga dimensi terapeutik berarti menjaga kesahajaan nasyid, agar tetap bisa menyentuh hati, bukan hanya telinga.
Dimensi Edukatif Nasyid
Selain memberi ketenangan, nasyid juga mengandung kekuatan edukatif. Sejak kecil, banyak anak di Indonesia mengenal doa, selawat, dan nilai-nilai moral justru lewat puji-pujian yang dinyanyikan bersama teman-teman di musala. Lirik yang sederhana memudahkan hafalan, sementara melodi yang berulang membuat pesan-pesan keagamaan tertanam tanpa terasa seperti beban. Dengan cara itu, nasyid menjadi media pendidikan yang alami, lembut, dan menyenangkan.
Buku Nilai Edukatif dan Terapeutik: Menelusuri Urgensi dan Beragam Nasyid memberi perhatian khusus pada aspek ini dengan istilah “interaksi edukatifâ€. Dalam praktiknya, nasyid tidak hanya mengajarkan hafalan doa atau selawat, melainkan juga menumbuhkan karakter kolektif: disiplin, kebersamaan, serta rasa hormat kepada nilai-nilai Islam. Dengan demikian, nasyid berfungsi ganda, menjadi wahana ekspresi spiritual sekaligus sarana pendidikan moral.
Namun, di tengah perubahan zaman, muncul tantangan besar. Generasi muda sekarang lebih akrab dengan musik digital global daripada tradisi lokal. Jika nasyid hanya dipertahankan dalam bentuk lama, ia berisiko terpinggirkan. Maka muncul pertanyaan kritis: bagaimana cara agar dimensi edukatif nasyid tetap hidup bagi anak muda tanpa kehilangan ruhnya? Menurut saya, jawabannya ada pada inovasi yang terarah: memadukan bentuk modern dengan isi yang tetap memuat nilai-nilai luhur. Dengan begitu, nasyid bisa terus menjadi guru yang sabar, mengajar tanpa menggurui, di setiap zaman.