Timah Bangka Belitung, Antara Kejayaan dan Kehancuran
Menurut saya, solusi tidak bisa lagi ditunda. Pertama, pengelolaan timah harus lebih transparan dan adil. Pemerintah harus berani menertibkan perusahaan yang abai, sekaligus memberi ruang legal bagi tambang rakyat agar mereka bisa menambang dengan cara yang lebih ramah lingkungan.
Kedua, reklamasi tidak boleh hanya menjadi jargon. Setiap lubang bekas tambang harus dipulihkan, minimal agar tidak berbahaya. Pemerintah bisa bekerja sama dengan universitas atau lembaga penelitian untuk mencari model reklamasi yang sesuai dengan kondisi Bangka Belitung.
Ketiga, diversifikasi ekonomi harus dipercepat. Potensi wisata bahari yang dimiliki Bangka Belitung bisa menjadi penopang masa depan. Begitu pula sektor perikanan dan pertanian. Masyarakat perlu diberi pilihan nyata agar tidak lagi bergantung sepenuhnya pada timah.
Penutup
Timah adalah berkah sekaligus kutukan bagi Bangka Belitung. Ia membawa kesejahteraan, tetapi juga merusak tanah dan laut. Ia memberi identitas, tetapi juga menciptakan ketergantungan. Opini saya jelas: timah tidak boleh lagi menjadi satu-satunya tumpuan. Jika tidak ada keberanian untuk berubah, maka kejayaan timah hanya akan menjadi cerita masa lalu, sementara yang tersisa hanyalah luka lingkungan dan generasi yang kehilangan harapan.(*)