Baca Koran babelpos Online - Babelpos

Masihkah Bahasa Indonesia Berdaulat di Negeri Sendiri?

Muhammad Rozani.-Dok Pribadi-

Oleh Muhammad Rozani

Dosen Universitas Bangka Belitung

 

Sampai hari ini, masih menjadi pekerjaan rumah besar tentang kedaulatan bahasa Indonesia akan terwujud. Semenjak dideklarasikan sumpah pemuda tahun 1928 (97 tahun yang lalu), bahasa Indonesia belum sepenuhnya menempati posisi terbaik disisi masyarakat Indonesia. Bahkan, saat ini, ia berada pada posisi di persimpangan penting, antara kemajuan atau kemunduran. 

 

Di setiap ruang publik, sudut kota, hingga pelosok desa, penggunaan bahasa asing kian marak terjadi. Ia dianggap lebih bergengsi dan memiliki nilai jual yang tinggi. Sementara, generasi muda semakin merajalela mencampuradukkan penggunaan bahasa Indonesia dengan bahasa asing tanpa tahu ke mana arah jati diri bangsa? Masihkah bahasa Indonesia akan benar-benar berdaulat di negeri sendiri?

 

Bahasa Indonesia Mulai Perlahan Memudar

Di berbagai tempat, di setiap sudut kota hingga desa, kita—dengan mudahnya—menemukan tulisan berbahasa asing yang menggantikan penggunaan bahasa Indonesia. Mulai dari lingkungan pendidikan, instansi pemerintahan, hingga tempat perdagangan. Papan nama toko, spanduk dan baliho, hingga kegiatan seremonial turut menghiasi penggunaan bahasa asing. Fenomena ini menandai perubahan sikap masyarakat bahwa bahasa asing lebih memikat, lebih modern, dan memiliki nilai jual. Sementara, bahasa Indonesia dianggap kuno dan tidak menarik.

 

Fenomena ini menjadi konsentrasi saya selama beberapa tahun terakhir kepada para mahasiswa dalam menelaah kasus penggunaan bahasa asing di ruang-ruang publik, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Alhasil, banyak sekali ditemukan penyimpangan dalam penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik. 

 

Ironinya lagi, saat ini muncul gaya bahasa campuran antara bahasa Indonesia dengan bahasa asing, seperti “I don’t know, why kamu tanya aku?” Ini menjadi contoh nyata pencampuradukan bahasa yang kian marak. Jikalau hal semacam ini dibiarkan, bukan tidak mungkin akan mengikis rasa nasionalisme kebanggaan berbahasa Indonesia.

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan