Baca Koran babelpos Online - Babelpos

Guru SMAN 1 Manggar Wakili Indonesia di Konferensi AI Dunia di Slovenia

Guru SMAN 1 Manggar Wakili Indonesia di Konferensi AI Dunia di Slovenia.-BE-

MANGGAR  - Udara musim gugur yang sejuk di Eropa menjadi saksi kiprah Winda Ari Anggraini, guru asal Belitung Timur (Beltim), Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia. Guru Bahasa Inggris dari SMAN 1 Manggar itu, terpilih mewakili Indonesia dalam Konferensi Internasional “Effective, Ethical, and Inclusive Use of Artificial Intelligence in Education” yang digelar di Maribor, Slovenia, Oktober 2025.

Acara bergengsi yang diikuti lebih dari 100 peserta dari 35 negara ini mempertemukan pendidik, peneliti, dan pakar teknologi pendidikan untuk membahas arah baru dunia pendidikan di era kecerdasan buatan (AI).

Tema besar konferensi ini menyoroti pentingnya pemanfaatan AI yang tidak hanya efektif, tetapi juga etis dan inklusif di ruang kelas. Guru SMAN 1 Manggar menjadi salah satu peserta Konferensi Internasional tersebut.

Bagi Winda Ari Anggraini, keikutsertaannya bukan sekadar perjalanan akademik, melainkan refleksi atas perubahan besar dalam dunia pendidikan global.

“AI tidak akan mengubah pendidikan, tetapi manusialah yang akan melakukannya,” ujar salah satu pembicara utama dalam konferensi tersebut, sebuah kalimat yang menurut Winda sangat menggugah kesadaran para guru di seluruh dunia.

“Sering kali kita khawatir AI akan menggantikan guru. Padahal, AI hanyalah alat. Justru gurulah yang menentukan bagaimana teknologi itu digunakan untuk kebaikan,” tutur Winda saat dalam keterangan tertulis usai acara konferensi, Minggu (12/10/2025).

Selama mengikuti forum, Winda terlibat dalam sejumlah diskusi menarik mengenai bias dalam AI serta konsep belajar dengan dan tentang AI -dua hal yang menjadi fokus utama konferensi.

Ia menilai, topik tersebut sangat relevan dengan tantangan pendidikan di Indonesia, di mana guru dituntut untuk mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang berkembang pesat setiap harinya. “Guru tidak bisa menolak perubahan. Justru kita perlu memeluknya dengan kritis dan bijak,” katanya tegas.

Tak hanya menjadi peserta, Winda juga aktif berkolaborasi dengan pendidik dari Bangladesh, Bulgaria, Republik Ceko, dan Yunani. Bersama mereka, ia mempresentasikan proyek internasional bertema “Mengembalikan Nilai Budaya Lokal Melalui AI.”

Dalam proyek ini, para guru memanfaatkan platform AI seperti ChatGPT untuk membantu siswa menulis teks naratif serta alat visual berbasis AI untuk membuat ilustrasi cerita rakyat daerah masing-masing. “Tujuan kami bukan hanya meningkatkan kemampuan berbahasa siswa, tetapi juga menanamkan kembali nilai budaya dan membangun kesadaran kritis dalam menggunakan teknologi,” jelas Winda.

Selain sesi pleno, konferensi juga menghadirkan lokakarya interaktif yang membahas praktik terbaik penerapan AI secara inklusif di sekolah.

Para peserta saling berbagi pengalaman mengenai bagaimana AI dapat digunakan untuk memperkuat kreativitas siswa tanpa menghilangkan sentuhan kemanusiaan dalam pembelajaran. Bahkan, dalam pameran pendidikan yang digelar di sela acara, guru-guru Slovenia menampilkan hasil karya sekolah mereka yang telah mengintegrasikan AI dalam kurikulum.

Pameran itu menegaskan satu pesan penting: teknologi hanyalah sarana, sementara empati dan pemahaman guru tetap menjadi inti dari pendidikan.

Bagi Winda, pengalaman di Slovenia menjadi titik balik penting dalam kariernya sebagai pendidik. “Teknologi akan terus berubah, tetapi semangat belajar dan empati guru tidak akan tergantikan,” ujarnya dengan senyum bangga.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan