Para Ilmuan 'Tampaknya' Harus Belajar Lagi? Hujan Lebat Landa Gurun Sahara

Sabtu 14 Sep 2024 - 18:31 WIB
Reporter : Tim
Editor : Syahril Sahidir

GURU Sahara, terbesar di dunia, baru-baru ini dilanda hujan lebat yang mana fenomena cuaca alam ini tidak biasa terjadi di sana.

---------------

FENOMENA aneh ini telah menjadi pusat perhatian para ilmuwan, yang mencoba untuk memahami penyebab di balik peristiwa ini. Para ilmuwan menghubungkan banjir hujan di Sahara dengan kondisi musim badai Atlantik yang tenang.

Curah hujan yang tidak biasa telah menyebabkan banjir di beberapa wilayah di Afrika Utara, termasuk Sahara yang biasanya sangat kering. Meskipun curah hujan di Sahara tidak sepenuhnya tidak biasa, namun sebagian besar wilayah Gurun itu terendam, menyebabkan dampak yang signifikan.

Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa fenomena ini mungkin merupakan bagian dari fluktuasi iklim alami Bumi, sementara yang lain percaya bahwa ini adalah hasil dari perubahan iklim yang dipicu oleh aktivitas manusia. Namun, jawaban pasti masih belum pasti dan masih dalam penelitian lebih lanjut.

Perubahan iklim yang terjadi di wilayah gurun Sahara kemungkinan terkait dengan kondisi musim badai Atlantik yang kurang aktif.

BACA JUGA: Babel Panas Menyengat, 12 Daerah Justru Diprediksi Hujan Lebat

Meskipun musim badai tahun ini awalnya diprediksi akan aktif karena suhu laut yang tinggi, namun hingga saat ini, musim badai Atlantik terbilang tenang.

Kondisi ini menyebabkan gelombang atmosfer biasanya di atas Samudra Atlantik Utara bergeser ke utara, di atas wilayah utara Sahara.

Meskipun model iklim sebelumnya memperkirakan pergeseran Zona Konvergensi Intertropis (ITCZ) ke utara karena pemanasan laut dan udara yang lebih hangat, para ilmuwan masih belum sepenuhnya mengerti mengapa hal ini terjadi sekarang.

Pergerakan ITCZ yang mencakup jalur normal juga telah mengubah pola hujan di wilayah Afrika Utara, termasuk Sahara.

Efek dari pergeseran hujan ke utara adalah bahwa hujan jatuh di wilayah yang jarang terjadi sebelumnya, termasuk bagian-bagian Sahara yang biasanya sangat kering. Gelombang atmosfer juga dipindahkan ke utara, memberikan tambahan energi bagi pembentukan badai tropis dan badai di wilayah tersebut.

Meskipun puncak musim badai Atlantik diperkirakan terjadi pada pertengahan September, jeda musim bukanlah jaminan bahwa badai kuat dan berbahaya tidak akan terjadi. Para ilmuwan terus memantau perubahan iklim dan cuaca di wilayah gurun Sahara serta musim badai Atlantik.

BACA JUGA: Babel Panas Menyengat, 12 Daerah Justru Diprediksi Hujan Lebat

Dalam kesimpulan, banjir hujan di Sahara adalah fenomena yang menarik dan membingungkan para ilmuwan. Perubahan iklim yang terjadi di wilayah tersebut menyoroti pentingnya pemahaman lebih lanjut tentang hubungan antara aktivitas manusia dan fluktuasi iklim alami Bumi.

Kategori :