Beda Bahasa, Beda Cara Berpikir, Beda Kepribadian

Selasa 11 Jun 2024 - 17:35 WIB
Oleh: Budi Rahmad

Setiap bahasa memiliki bunyi dan struktur yang unik dan terasa berbeda oleh pendengarnya. Bahasa Italia terdengar mendayu, sedangkan bahasa Jerman terdengar lebih kaku. 

Lalu, orang yang fasih dalam kedua bahasa tersebut bisa terlihat seolah memiliki dua kepribadian yang berbeda tergantung bahasa apa yang ia pakai. Jangankan bahasa, bahkan aksen pun dapat mempengaruhi persepsi kita terhadap penuturnya. 

 

Oleh Vindi Kaldina, M.A. (Dosen Sastra Inggris Universitas Bangka Belitung)

 

Contohnya, bahasa Inggris dengan aksen british, Amerika, dan Australia masing-masing memberikan kesan yang berbeda. Benarkah bahasa dapat mempengaruhi kepribadian kita? Benjamin Lee Whorf di tahun 1920an mengemukakan teori relativitas bahasa yang menjelaskan bahwa bahasa yang kita gunakan memengaruhi cara kita melihat dunia, termasuk persepsi kita terhadap lingkungan, selera, waktu, kenangan, perilaku, dan bahkan perasaan kita pada diri sendiri. 

BACA JUGA:Gerakan Literasi Sekolah: Picu Minat Siswa dalam Menulis dan Membaca

Lera Boroditsky dalam artikelnya di harian The Economist pada tahun 2010 dengan kuat mendukung pemikiran ini. Pertama-tama, ia membahas pengaruh penggunaan bahasa terhadap persepsi kita. 

Setiap bahasa memiliki kosakata yang berbeda untuk menggambarkan hal-hal di sekitar kita, dan perbedaan ini memengaruhi cara kita memandang hal-hal tersebut. Misalnya, orang Italia mungkin menyematkan gender terhadap benda-benda di sekitarnya. Sebagai contoh, apel dianggap sebagai benda feminin sedangkan tomat dianggap sebagai benda maskulin.

Es krim gelato dianggap sebagai benda maskulin, dan pizza dianggap feminin. Ini tidak terjadi dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, di mana gender hanya disematkan pada manusia atau hewan, dan terkadang pada tumbuhan. Suku asli Australia, suku Kuuk Thaayorre, tidak menggunakan kata kiri atau kanan dalam bahasa mereka. Sebagai gantinya, mereka mengandalkan arah mata angin. 

BACA JUGA: Pendidikan Berkualitas Karakter Kuat

Ketika sedang makan bersama, misalnya, mungkin mereka berkata “Tolong ambilkan saus di sebelah barat dayanya merica.” Jadi, bukanlah kebetulan jika mereka memiliki keterampilan navigasi yang luar biasa dalam pelayaran.

Bahasa juga mempengaruhi persepsi kita terhadap waktu. Karena beberapa bahasa ditulis dari arah yang berbeda, misalnya dari kanan ke kiri atau dari kiri ke kanan, maka persepsi penuturnya tentang kronologi kejadian pun akan menyesuaikan dengan arah tersebut. 

Contoh lain adalah bahasa Amele dari Papua Nuginiyang memiliki beberapa bentuk masa lalu: masa lalu hari ini, masa lalu kemarin, dan masa lalu yang jauh. Untuk menggunakan kata kerja atau predikat yang tepat, penuturnya harus memperhatikan kapan sesuatu terjadi, dan dengan demikian dapat memersepsikan masa lalu dengan lebih detail.

BACA JUGA:Green Leadership untuk Generasi Mendatang

Kategori :

Terkait