TAWURAN terus menjadi pekerjaan rumah (PR) besar. Bahkan di tengah bulan suci Ramadan, remaja malah marak melakukan perang sarung. Sebuah bentuk tawuran yang dikemas berbeda daripada bulan lainnya.
Berbeda dengan perang sarung era 90-an atau era 2000-an awal yang mana perang sarung memang sekedar main alias asyik-asyikan tanpa melukai. Perang sarung era kini justru berbahaya, sebab para remaja ini mengisi sarung mereka dengan batu atau benda tajam lainnya yang kemudian dililit dan digunakan melibas lawan. Jika terkena tentu fatal akibatnya bahkan nyawa jadi taruhannya.
BACA JUGA:Esensi Paguyubuan Kelas
Dilansir dari Tribun Lampung, tawuran dengan perang sarung ini telah memakan korban nyawa di Kalianda, Lampung Selatan. Seorang remaja berinisial LRF 14 tahun harus meregang nyawa setelah terlibat perang sarung dengan geng lain yang diawali dengan janjian antar geng di aplikasi whatsapp.
Hal serupa juga terjadi di Bekasi, AA berusia 17 tahun meninggal dunia usia terlibat perang sarung pada tengah malam hari jumat (15/3) lalu. (CNN Indonesia, 16/03/24)
Perang Sarung di Bangka Belitung
Gelombang perang sarung yang meningkat di berbagai daerah juga turut dirasakan di wilayah Kepulauan Bangka Belitung. Pada awal bulan ramadan setidaknya terjadi 4 kasus perang sarung di Babel di antaranya di Kabupaten Bangka, Bangka Selatan, Belitung dan Kota Pangkalpinang.
Misalnya pada Sabtu (16/3/2024) malam, sebanyak 22 remaja yang masih duduk di bangku SMP dan SMA diduga hendak melakukan aksi tawuran perang sarung di Kelurahan Bukit Besar, Jalan Gandaria 2 dan Jembatan Jerambah Gantung. Syukurnya para remaja ini berhasil diamankan oleh aparat polisi. (Bangkapos, 19/03/24).
Setelah ada yang diamankan ternyata perang sarung juga tidak berhenti dan masih terjadi. Setidaknya ada 8 remaja di Pangkal Pinang pada Sabtu(23/3/2024) lalu sekira pukul 22.00 WIB diamankan polisi, mereka diduga hendak perang sarung karena membawa sarung yang telah dimodifikasi menjadi cambuk. (Babelpos, 24/03/24)
BACA JUGA:Penggundulan Hutan Massif, Islam Solusi Komprehensif
Tawuran Remaja, Mengapa Terus Berulang?
Ada banyak sekali faktor yang menyebabkan tawuran menyebar secara sporadis diberbagai wilayah. Beberapa diantaranya:
Pertama, adanya kemunduran berpikir pada remaja. Remaja yang melakukan tawuran tentu tidak berpikir mendalam tentang akibat dari perbuatan mereka baik di dunia maupun di akhirat. Sehingga seringkali tawuran hanya dimulai dengan janjian via aplikasi chat atau karena masalah sepele atau bahkan tanpa sebab alias spontanitas lalu terjadilah tawuran.
Ini menandakan walaupun sudah akil baligh alias sempurna akalnya dan juga sudah melewati masa kanak-kanak namun remaja hari ini belum memiliki kematangan dalam berpikir. Berpikir serba praktis dan standar senang-senang semata telah telah menuntun remaja pada perbuatan yang jauh dari kata terpuji.